INSPIRASI
KUMBAYA
Disampaikan pada
: SELASA, 12 JUNI 2012
DANIEL C. SAPUTRA
TIGA KARUNG BERAS
Sobat… Untuk menggapai segala cita – cita kita, tentunya
kita tidak dapat berjuang seorang diri… Ada
orang – orang yang mengasihi kita, yang senantiasa memberi dorongan kepada kita
untuk kita dapat terus maju… terus melangkah merealisasikan cita – cita kita…
Diantara mereka tentunya mengorbankan banyak hal…
Sobat… sudahkah kita mengetahui… sudahkah kita menyadari…
Atau jangan – jangan kita menyakiti mereka…???
Sebuah kisah untuk
perenungan kita…
Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat
miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki…
Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak
laki-lakinya untuk saling menopang.
Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar
lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang
anak…
Sobat… Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.
Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit
rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah…
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa
tiga puluh kilo beras unuk dibawa kekantin sekolah.
Sang anak mengerti bahwa ibunya tidaklah mungkin bisa
memberikan tiga puluh kilo beras tersebut… Dan kemudian ia berkata kepada
ibunya…
“Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja
disawah”.
Sobat… Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata…
“Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali,
tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan
kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah
nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.
Sobat… Karena sang
anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang
anak tersebut.
Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh
mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah…
Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil
melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh…
Tak berapa lama, dengan terpincang – pincang dan nafas
tergesa – gesa, Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras
dari bahunya…
pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan
membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata…
“Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan
kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira
kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”.
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas
tersebut.
Sobat… Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras
dan masuk kedalam kantin…
Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras
dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata…
“Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir,
apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata…
“Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan
terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka
beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi,
maka saya tidak bisa menerimanya”
Sobat… Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali
kesekolah…
Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar
dan berkata…
“Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa
masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !!!”.
Sobat… Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di
depan pengawas tersebut dan berkata…
“Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari
mengemis”.
Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata
apa-apa lagi.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata “Saya
menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi
untuk bercocok tanam, Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah
untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah
lagi.”
Sobat… Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya
yang ada dikampung sebelah.
Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya…
Setiap hari pagi – pagi buta dengan kantong kosong dan
bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap
pelan – pelan kembali kekampung sendiri… Sampai pada awal bulan semua beras
yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Sobat… Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar
air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari
lantai dan berkata…
“Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah,
supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu…”
Sang ibu buru- buru menolak dan berkata “Jangan, kalau
anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan
menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat
terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga
rahasia ini.”
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah…
Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak
tersebut selama tiga tahun…
Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke
perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja
mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama…
Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat
nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi
disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya
maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi
anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu
dengan penuh haru dan berkata… “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.” Dan
mempersilakan sang ibu yang sangat luar biasa tersebut untuk naik keatas
mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat
kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang
ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut
kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan
berkata “Oh Mamaku, terima kasih…”
Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang
jaman dan sepanjang kenangan”. Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus
memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak.
Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah
dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa
depannya.
Sobat… Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun
mama kita berada dengan satu kalimat “Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku
Mengasihimu. .. selamanya”
Bersyukurlah, apabila kita memiliki orang tua yang sangat
mengasihi kita… Jangan sakiti hatinya, Karena orang tua ingin anak – anaknya
menjadi bahagia… Menjadi sukses… Walaupun banyak hal, banyak masalah yang
menghadang langkah – langkahnya…
Tetap Semangat…
Tetap Berpengharapan… Senantiasa Bersyukur…
Daniel C. Saputra