Senin, 25 Juni 2012

TIDAK MENYESAL KEMUDIAN


INSPIRASI KUMBAYA
Disampaikan pada : SLASA, 26 JUNI 2012
DANIEL C. SAPUTRA

TIDAK MENYESAL KEMUDIAN

Sobat… Ditengah segala kesibukan kita, seringkali kita melakukan hal – hal yang spontan…
Tatkala dikantor kita melihat bawahan kita salah dalam mengerjakan tugas – tugasnya, kita menjadi marah…
Dijalan, tatkala kita melihat situasi lalu lintas yang tidak beres, kita menjadi marah…
Dirumah, tatkala tatkala kita melihat suami kita, istri kita, ataupun anak kita, melakukan hal yang tidak berkenan di hati kita, kitapun menjadi marah…

Banyak sekali hal – hal yang dapat spontan membuat kita jengkel… bahkan naik pitam…
Dan seringkali yang yang terjadi adalah, kita melakukan hal – hal spontan tersebut tanpa mengetahui latar belakang dari hal – hal yang membuat kita marah…

Sobat… Beberapa waktu yang lalu, seorang teman mengirimkan e-mail kepada saya tentang sebuah kisah yang diadopsi dan dimodifikasi dai buku karangan Stephen R. Covey yang berjudul “Seven Habits of Highly Effective People”

Sebuah kisah untuk kita renungkan…

Sobat… Dalam suatu perjalanan, sebuah kereta api memperlambat lajunya dan berhenti di sebuah stasiun… Kemudian naiklah seorang ibu dengan dua orang anaknya yang masih kecil ke dalam salah satu gerbong kereta tersebut.
Pada saat itu penumpang kereta api tersebut cukup padat, dan beruntung sang ibu dan kedua anaknya mendapatkan tempat duduk.

Sobat… Pada awalnya kedua anak kecil itu duduk dengan tenang, tetapi tak lama kemudian mereka mulai berlari – lari sambil berteriak – teriak…
Mereka juga naik ke tempat duduk, menarik bacaan para penumpang yang lain…
Mereka membuat suasana gerbong tersebut menjadi gaduh dan tidak nyaman…

Sobat… setelah lama menahan diri, seorang bapak yang duduk di sebelah sang ibu menegur… Dia berkata, “Mengapa anda membiarkan saja kedua anak anda membuat ribut dan mengganggu seisi gerbong…???”

Sobat… Seakan baru tersadar dengan keadaan yang terjadi, sang ibu menjawab perlahan… “Bapak, saya masih bingung bagaimana menjelaskan kepada mereka saat nanti kami sampai di rumah sakit untuk menjemput jenasah ayahnya…”

Sobat… Ternyata sang ibu mendapatkan berita bahwa suaminya sudah meninggal di rumah sakit karena kecelakaan, dan saat ini dia dan anak – anaknya menuju ke rumah sakit tersebut.

Tatkala mendengar jawaban tersebut… Seketika Bapak tersebut hanya terdiam… Dan segera dari mulut dan telinga tersebar informasi tersebut, dan semua penumpang yang tadinya merasa terganggu, berganti menjadi perasaan iba dan simpati kepada ibu dan kedua anak tersebut…

Mereka alih – alih kesal dan mau marah kepada anak – anak yang membuat gaduh dan ibunya yang terlihat cuek… Sebagian penumpang malah ikut bermain dan bercanda dengan kedua anat tersebut.

Sobat… Setelah mengetahui lengkap dan jelas tentang apa yang terjadi… Reaksi penumpang kereta api tersebut berbalik 180 derajat…!!!

Sobat… Demikianlah dalam kehidupan ini…
Mengetahui lengkap dibanding hanya sebagian, sangat mungkin membuat perbedaan respon seseorang terhadap suatu kejadian atau masalah.

Disaat anda kesal… Disaat anda ingin marah… Cobalah tahan sejenak dan carilah tahu lebih banyak tentang duduk persoalan ataupun kejadian yang sebenarnya.
Sobat… Dengan tambahan informasi, mungkin anda tidak jadi marah… Sehingga tidak muncul penyesalan kemudian

Tetap Semangat… Tetap Berpengharapan… Senantiasa Bersyukur…
Daniel C. Saputra

Sabtu, 16 Juni 2012

MENGASAH KAPAK


INSPIRASI KUMBAYA
Disampaikan pada : SENIN, 18 JUNI 2012
DANIEL C. SAPUTRA

MENGASAH KAPAK

Sobat… ditengah segala kesibukan kita dalam berkarya…
Dengan segala pekerjaan dan tanggung jawab kita…
Dengan segala harapan dan cita – cita yang dengan sekuat tenaga kita menggapainya…

Seringkali menjadikan hidup ini dikendalikan oleh ambisi kita, sehingga kita melupakan hal – hal yang seharusnya kita lakukan…

Sebuah kisah untuk kita renungkan…

Sobat… Alkisah, ada seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya…
Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, maka calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat akan mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon…

Sobat… Hari pertama bekerja, ia berhasil merobohkan delapan batang pohon…
Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus. “Hasil kerjamu sungguh luar biasa…!! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu selama ini. Teruskan bekerja seperti itu.”

Sobat… Karena sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan tujuh batang pohon.
Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tapi hasilnya tetap tidak memuaskan, bahkan mengecewakan. Semakin bertambah hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan.
“Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon…

Sobat… merasa malu dan putus asa, dengan kepala tertunduk dia menghadap kepada sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi…
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapakmu…?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu…!! Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga,” kata si penebang…

Sobat, kemudian Sang majikan berkata kepada penebang kayu itu… “Nah, di sinilah masalahnya, Ingat hari pertama kamu kerja…? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil maksimal. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama, tetapi tidak diasah… Kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bisa bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal… Sekarang, mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja…!!!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukkan kepala dan mengucap terima kasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

Sobat… Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, dan sibuk terus, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak, “mengasah”,mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, spiritual, dan menata kembali langkah – langkah hidup kita… Sehingga kitapun tetap memiliki energi, motivasi untuk mengerjakan setiap bagian kita.

Sobat… “istirahat bukan berarti berhenti, tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi,” tentunya istirahat kita seharusnya menjadi istirahat yang berkualitas dan bukan untuk mengendorkan motivasi kita….
Sobat… Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan dinamis…!!

Tetap Semangat… Tetap Berpengharapan… Senantiasa Bersyukur
Daniel C. Saputra

Sabtu, 09 Juni 2012

KISAH INSPIRASI : 3 KARUNG BERAS


INSPIRASI KUMBAYA
Disampaikan pada : SELASA, 12 JUNI 2012
DANIEL C. SAPUTRA

TIGA KARUNG BERAS

Sobat… Untuk menggapai segala cita – cita kita, tentunya kita tidak dapat berjuang seorang diri… Ada orang – orang yang mengasihi kita, yang senantiasa memberi dorongan kepada kita untuk kita dapat terus maju… terus melangkah merealisasikan cita – cita kita…
Diantara mereka tentunya mengorbankan banyak hal…

Sobat… sudahkah kita mengetahui… sudahkah kita menyadari…
Atau jangan – jangan kita menyakiti mereka…???

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki…
Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak…
Sobat… Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.
Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah…
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kilo beras unuk dibawa kekantin sekolah.

Sang anak mengerti bahwa ibunya tidaklah mungkin bisa memberikan tiga puluh kilo beras tersebut… Dan kemudian ia berkata kepada ibunya…
“Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”.
Sobat… Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata…
“Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali, tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.

Sobat… Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut.
Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah…
Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh…
Tak berapa lama, dengan terpincang – pincang dan nafas tergesa – gesa, Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya…
pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata…
“Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”.
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Sobat… Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin…
Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata…
“Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata…
“Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”

Sobat… Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah…
Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata…
“Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !!!”.

Sobat… Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata…
“Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”.
Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam, Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Sobat… Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah.
Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya…
Setiap hari pagi – pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan – pelan kembali kekampung sendiri… Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Sobat… Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata…
“Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu…”
Sang ibu buru- buru menolak dan berkata “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah…
Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun…
Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama…
Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata… “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.” Dan mempersilakan sang ibu yang sangat luar biasa tersebut untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata “Oh Mamaku, terima kasih…”

Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan”. Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak.
Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya.
Sobat… Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat “Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. .. selamanya”

Bersyukurlah, apabila kita memiliki orang tua yang sangat mengasihi kita… Jangan sakiti hatinya, Karena orang tua ingin anak – anaknya menjadi bahagia… Menjadi sukses… Walaupun banyak hal, banyak masalah yang menghadang langkah – langkahnya…

Tetap Semangat… Tetap Berpengharapan… Senantiasa Bersyukur…
Daniel C. Saputra




Sabtu, 02 Juni 2012

KISAH PERJALANAN WILLIAM COLGATE


INSPIRASI KUMBAYA
Disampaikan pada : SENIN, 4 JUNI 2012
DANIEL C. SAPUTRA

KISAH PERJALANAN WILLIAM COLGATE

Sobat… Hidup yang kita miliki dan yang kita jalani sampai saat ini adalah sebuah anugerah…
Siapapun dan dimanapun kita berada pasti kita menjalani kehidupan ini dengan penuh dinamika…
Ada suka… Ada duka; Ada tawa… Ada air mata; Ada keberhasilan… namun juga terdapat kegagalan…

Sobat… tatkala kita belajar dari kehidupan… Banyak terdapat orang yang sukses, namun mereka tidak dapat menjaga kesuksesan mereka (Kisah Inspirasi : Merusak Kesuksesan)
Tetapi… Banyak pula orang yang sukses dan mereka mampu mempertahankannya.
Mengapa demikian… Karena mereka menghargai setiap cucuran keringat… menghargai setiap perjuangan… menghargai setiap kegagalan, dan menjadikannya pacuan untuk dapat melangkah lebih tinggi… dan yang paling penting, mereka menghargai setiap anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan di dalam kehidupan mereka dan mereka senantiasa bersyukur…

Sebuah kisah perjalanan dari seorang yang luar biasa, kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita…
Kita belajar dari kehidupan seorang yang bernama William Colgate…

Sobat… Colgate adalah nama sebuah perusahaan…!!!
Namun jika mendengar nama itu, kita dan kebanyakan orang Amerika pasti akan langsung berpikir tentang pasta gigi…
Tetapi, jika mereka tahu sejarah orang dibalik nama itu… mereka, mungkin akan berpikir tentang penyertaan Tuhan, yang memberikan kesuksesan kepadanya.

Sobat… William Colgate lahir pada tanggal 25 januari 1783 di kota Kent, Inggris.
Ayahnya bernama Robert adalah seorang petani yang dikenal sebagai intelektual yang berani dan memiliki pemikiran politik yang tajam.
Pada suatu hari, karena ia mendukung kemerdekaan negara koloni Inggris, Robert mendapat ancaman dari pihak penguasa. Namun, Tuhan campur tangan dengan mengirim seorang di tengah malam buta untuk memperingati keluarga Colgate…
Dengan segera mereka terbang meninggalkan negara Inggris… Pembawa pesan itu mengatakan, jika saja mereka tetap di Inggris kemungkinan besar pasti dihukum penjara atau bahkan dihukum mati… Tapi apa yang buruk menurut dunia, Tuhan mengubahnya menjadi sebuah kebaikan.

Sobat…Keluarga Colgate naik kapal pada bulan maret 1798 dan berlayar menuju Amerika… Mereka menetap di sebuah perkebunan di Hartford Co., Kota Maryland.
Disana Ayah William bekerja sama dengan Ralph Maher untuk memulai usaha pembuatan sabun dan lilin… William membantu kedua orang itu dan belajar dengan cepat.
Tetapi… kenyataan berkata lain. Meski sudah bekerja keras, kerja sama itu gagal di tengah jalan. Robert Colgate kembali ke perkebunan dan William memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Setahun kemudian ia kekurangan modal, dan William Colgate harus menutup usahanya.

Sobat… Meski gagal dua kali, William tidak menyerah. Ia mendapatkan pelajaran berharga. Ia percaya, Tuhan akan mengarahkan langkah Anda, Jika Anda mau mencariNya dan menyerahkan bisnis anda kedalam rencanaNya, meski ada kegagalan.
Seorang temannya yang bekerja di sebuah kanal kapal menasihati Colgate,
"Berikan hatimu bagi Tuhan. Berilah kepada Tuhan apa yang menjadi milikNya… Buatlah sabun dengan jujur… Berikan persembahanmu dengan jujur... dan seseorang akan menjadi pembuat sabun ternama di New York. Orang itu mungkin saja kamu…"

Sobat… Pada tahun 1804, COlgate dipekerjakan oleh sebuah perusahaan pembuat sabun sebagai pegawai magang. Pengamatan Colgate sangat tajam dan teliti…
Colgate percaya bahwa perusahaan itu telah salah kelola, dan ternyata ia benar. Perusahaan itu akhirnya tutup pada tahun 1806, tapi reputasi dan ambisi Colgate memampukannya untuk menghubungi pada penyalur di kota lain dan ia memulai merintis usahanya kembali…
Dan mujizat terjadi. William Colgate dan perusahaannya itu sudah berhasil sejak awal. Dalam 6 bulan perusahaan itu sudah berhasil membuat produk-produk baru dengan bahan kanji. Segera, perusahaan itu mampu memproduksi sabun tangan, sabun toilet, dan sabun cukur.

Meski Colgate sangat sibuk dalam pengembangan usaha, ia tidak mengabaikan waktu-waktu pribadinya dengan Tuhan.
Sobat… Seperti Yakub yang berjanji untuk memberi persembahan sulung kepada Tuhan, maka Colgate juga membuat janji yang sama. Sepuluh persen dari keuntungan Colgate dengan setia diberikan kepada Tuhan…

Tidak lama kemudian, Colgate segera menjadi salah asatu pengusaha ternama di New York. Bisnis itu bukanlah satu-satunya yang bertumbuh dan berhasil.
Colgate menikahi Mary Gilbert pada tahun 1811, dan bersamanya terlahir 11 anak. Pernikahannya dengan Mary disebut orang sebagai "Persekutuan yang indah dengan seorang yang menyenangkan."

Sobat…  Colgate sangat aktif dalam bermacam kegiatan sosial yang diadakan di gereja. Dia juga meyumbangkan banyak dana untuk lembaga pendidikan, termasuk Madison College, Hamilton, New York, dan karena kemurahan hatinya, sekolah itu kini berganti nama menjadi Colgate university. Dia juga adalah pendukung aktif kegiatan misionaris. Pada tahun 1816, Colgate memegang peranan penting dalam mengelola American Bible Society dan American and Foreign Bible Society. Dia juga melayani sebagai pengurus American Tract Society.

Selagi bisnisnya terus berkembang dan diberkati Tuhan, dia memerintahkan akuntannya untuk meningkatkan jumlah persembahannya, dari 20 persen menjadi 30 persen. Ketika dia terus berkomitmen untuk memberi, perusahaannya menjadi semakin diberkati Tuhan.

Saat ini, Colgate Palmolive adalah salah satu perusahaan tertua di Amerika dan dinobatkan oleh majalah Fortune sebagai salah satu dari 500 perusahaan paling sukses di Amerika. Angka penjualan revenue-nya mencapai US$ 9 miliar dan cabangnya telah berada di 221 negara di seluruh dunia.
Produknya telah berkembang memenuhi kebutuhan perorangan, pabrik sampai hewan peliharaan. Merk-nya telah dikenal di seluruh dunia seperti Colgate, Palmolive, Speed-Stick, Fab, Murphy, Ajax, dan Irish Spring.

Keberhasilan Colgate Palmolive adalah sebuah kesaksian tentang apa yang Tuhan sanggup kerjakan bagi mereka yang setia mengejar mimpinya dan berkomitmen untuk mengenal Tuhan, pribadi yang sanggup memenuhi mimpi-mimpinya.

Tetap Semangat… Tetap Berpengharapan… Senantiasa Bersyukur…

Daniel C. Saputra