Selasa, 26 April 2011

TUHAN PUNYA RENCANA


TUHAN PUNYA RENCANA

Aku meneguk sisa es teh tawar yang masih tersisa di gelasku…
Ketika aku masih menikmatinya… ekor mataku menangkap sosok anak laki-laki yang memperhatikanku… Matanya menatapku... Ya, Sebuah tatapan yang menusuk ke dalam hatiku… Tatapan yang penuh iba. Kemudian aku meletakkan gelas yang hanya menyisakan es batu yang masih membeku.

Aku penasaran kepada sosok anak kecil itu, sambil memandang anak itu, aku bertanya kepada pemilik warung, siapakah anak yang duduk di pinggir jalan itu…
Kemudian pemilik warung itu menceritakan bahwa Sudah seminggu bapak anak itu meninggal gara-gara sakit... Ibunya sudah meninggal waktu melahirkan dia... Dia tidak punya keluarga lagi… Sekarang dia tidur di mana saja karena di usir dari kos.

Aku kemudian menghampiri anak laki-laki itu yang hanya mengenakan pakaian kumal tanpa alas kaki… Entah sudah berapa lama dia tidak mengganti pakaiannya…
Semakin aku mendekatinya semakin jelas kelihatan kalau tubuhnya tidak terurus… Dia terus menatapku sampai aku duduk di sampingnya…

Kemudian aku menyapa anak itu… “Nama kamu siapa dek?” aku bertanya dengan nada bersahabat sambil mengukir sebuah senyuman.
“Aku lapar, kak!” ucapnya sambil memegang perutnya.

Aku mencoba mengingat uang yang masih tersisa di saku dan dompetku… Hanya ada selembar sepuluh ribuan dan dua koin lima ratus.
“Nanti kakak belikan kamu makanan. Tapi nama kamu siapa?” Sekali lagi aku menanyakan namanya.
“Benar kak? Serius? Kakak ngga bohongkan?”
“Iya. Ngapain bohong…? Tapi nama kamu siapa…?”
Aku melihat senyuman manisnya yang memancarkan barisan giginya yang tersusun rapi tapi berwarna kuning karena tidak pernah disikat.
“Namaku Samuel Lie… Panggil saja Samuel. Kalau kakak?”
“Dewantara Alexander, panggil saja kak Tara!”
Dia mengulurkan tangannya lalu kusambut. Sebuah jabatan salam perkenalan yang hangat. Terasa kalau tangannya penuh dengan debu ketika tanganku bersentuhan dengan tangan munggilnya. Kukunya yang panjang menyembunyikan daki berwarna hitam di setiap kuku jarinya.

Kemudian aku mengajak dia makan di sebuah warteg…
Dengan langkah semangat Samuel memegang tanganku dan menuntunku ke warteg tersebut. Wajah murungnya berubah menjadi ceria.
Aku hanya memandangnya dengan mata yang hampir copot… Lahap sekali anak ini makan. Kurang dari lima menit, makanan yang aku pesan sudah tidak tersisa lagi.
Kemudian dia mengucapkan terima kasih kepadaku… Aku terharu meski aku tahu jatah makan malamku sudah tidak ada lagi.

Aku kemudian mengajak anak itu pergi ke kosku…
Aku manatap Samuel yang tidur terlelap yang hanya beralaskan koran dan tumpukan baju di kosku yang hanya berukuran 1,5×1,5 meter…
Masih terngiang pembicaraan antara aku dengan Samuel sebelum dia terlelap.

Samuel memanggil aku dengan sebutan koko Tara…
Tadi Samuel juga menceritakan bahwa dahulu dia punya kakak… Tetapi kakaknya yang bernama Daniel itu meninggal seperti papa dan mamanya…”
Mengingat tingkal kau Samuel yang masih polos… Aku tertawa dan Karena lelah Samuel langsung tidur terlelap. Sementara aku berusaha menutup mataku diantara suara perutku yang berbunyi karena kelaparan.

Walaupun kami baru saja bertemu… Aku merasakan Samuel sangat dekat dengan aku…
Dia bercerita tentang kehidupannya, akupun membuka diri dan mengutarakan keinginanku bahwa aku ingin punya toko sendiri tatkala aku mengajak Samuel ke tempat kerjaku…
Suatu kali… Tatkala Samuel merasa lapar, dia berbicara kepadaku… Aku merasa sedih dan kasian kepada dia, tetapi uang di dompetku tinggal seribu rupiah… Ketika aku mengatakan hal tersebut… Samuel hanya menatapku.
“Kamu disini ya, koko beliin kamu gorengan dulu.”
“Iya ko.” Jawab Samuel…
Aku berlari untuk membeli dua potong pisang goreng… Begitu kembali, mata Samuel berbinar-binar ketika menerima dua potong pisang goreng.
“Ini untuk aku dan ini untuk koko,” ucapnya sambil menyerahkan sepotong pisang goreng.
“Untuk kamu saja ya…!!!”
Tetapi Samuel tidak mau, dia juga peduli denganku, karena mengetahui aku tidak makan tadi malam… Dengan berat hati aku memakannya juga.

Setelah itu aku langsung melakukan tugasku ketika tiba di toko. Membuka toko, lalu membersihkannya, melayani pembeli dan kemudian menutupnya. Gajiku cukup untuk bayar kos, makan, kebutuhan sehari-hari dan biaya transportasi. Tapi beruntung Ko Willy, si empunya toko berbaik hati mengizinkan aku memakai komputernya untuk jualan online. Aku menjual tas yang ada di toko Ko Willy di blogku.
Keuntungannya memang sedikit. Tapi aku percaya, setia dalam hal yang kecil maka Tuhan akan mempercayakan hal yang lebih besar lagi.
“Nanti kalau ada yang beli tas sama koko, nanti koko traktir kamu di KFC.”
“Wow! Samuel doain semoga laku. AMIN”
Aku hanya tersenyum. Apa lagi melihat tubuhnya sudah bersih. Meski baju yang dikenakannya kebesaran.
Aku belum bisa membelikan Samuel baju sehinga mau ngga mau dia harus memakai pakaianku.

Pada suatu hari… Tanpa sengaja aku menyentuh tubuh Samuel… Aku menemukan Samuel sedang sakit, badannya panas, dan dia sedang menahan sakit...
Sementara di luar kos, gerimis mulai turun… Tubuh Samuel kedinginan. Tidak ada jaket atau selimut. Aku berusaha menghangatkan tubuhnya dengan menempelkan beberapa baju ke seluruh tubuhnya.

Aku bingung… Aku merasa tidak memiliki uang yang cukup untuk membawa dia ke dokter… Aku semakin bingung ketika Samuel tidak menjawab pertanyaannku... Dia hanya mengerang dengan mata tertutup rapat.
Akhirnya aku memutuskan untuk menggendong tubuh Samuel dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Entah kenapa aku takut kehilangan Samuel. Meski baru dua minggu mengenalnya. Rasanya seperti terjalin ikatan batin yang kuat diantara kami… Sehari tanpa ocehan Samuel rasanya ada yang aneh. Pertanyaan-pertanyaan sering terlontar dari mulutnya hingga kadang aku kewalahan menjawabnya.

Sesampainya di rumah sakit… Satpam menghalangiku untuk masuk… Aku mengatakan bahwa adikku sakit dan membutuhkan pertolongan… Satpam tersebut memandangku dan Samuel berkali-kali. Mungkin dia bingung, aku yang pribumi memiliki adik yang keturunan Tionghoa.

Dengan ketus Satpam itu berkata kepadaku… “Bawa saja ke rumah sakit lain. Di sini bayarnya mahal. Ngga terima pasien kayak begini…!!”
Aku berfikir… Ya Tuhan, Apa rumah sakit ini hanya menerima pasien yang menaiki mobil mewah yang bisa di rawat di sini? Sementara orang miskin sepertiku tidak diterima…???

Ketika satpam tersebut mengarahkan mobil mewah untuk mendapatkan parkir aku langsung menerobos masuk… Aku tetap nekat untuk masuk. Apa pun akan aku lakukan untuk Samuel… Satpam tersebut hanya pasrah dengan sikapku. Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang melihatku basah kuyup tanpa alas kaki, karena sandalku putus saat berlari menggendong Samuel... Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang memandangku.

Empat hari kemudian… Aku dikejutkan dengan penjelasan seorang dokter muda perihal penyakit Samuel…
Hemofilia… Penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromosn X
Aku lebih terkejut lagi, ketika dokter itu mengatakan bahwa Samuel terkena Hermofilia B dan hasil pemeriksaan menyatakan bahwa dia juga positif mengidap HIV…

Aku berdiri seperti patung… Samuel yang masih berumur enam tahun mengidap HIV…???
Ayah atau ibunyakah yang menularkan? Atau karena dia pernah menjalani transfusi darah dan ternyata HIV lolos dalam transfusi darah yang dijalanninya.

Kini aku tahu…, kenapa tidak ada satu pun keluarganya yang mau menampungnya yang sebatang kara. Mungkin ayahnya meninggal karena HIV juga… Entahlah.
Aku menatap wajah pucat Samuel yang terbaring lemah dengan infus yang terpasang ditubuhnya…
Selama Samuel di rawat tidak ada satu pun kata keluh kesah yang keluar dari mulutnya.

Aku teringat dengan apa yang terjadi sebelum Samuel berbaring di rumahsakit…
“Samuel pengen kado natal!” Ungkapan Samuel tiba-tiba begitu melihat nuansa natal yang menghiasi setiap penjuru mal.
Ketika aku bertanya, apa kado yang diinginkannya, dia mengatakan bahwa dia menginginkan boneka Tazmania…
“Nanti koko belikan kalau koko sudah punya duit. Beberapa hari ini belum ada tas yang laku. Nanti koko belikan boneka Tazmania yang gede…” kataku saat itu kepada Samuel
Tetapi Samuel menjawab… “Yang kecil juga ngga apa-apa kok.”

Malamnya sebelum beranjak tidur, kembali dia mengutarakan keinginannya… Akupun menjawab “Koko pasti belikan buat kamu. Berharap sebelum natal banyak tas yang laku.”
Hatiku miris, seharian aku dan Samuel hanya minum air kran. Tidak ada duit yang tersisa.
“Maafkan koko, Samuel,” bisikku dalam hati sambil mengusap kepalanya.

Kemudian dia mengajakku berdoa… Dia mengatakan kepada Tuhan…
“Tuhan… Berkati Ko Tara ya. Berkati pekerjaan dan usahanya”
Aku terharu. Aku meneteskan air mataku.

Segala macam usaha telah di coba oleh tim dokter yang menangani Samuel. Sudah dua minggu terakhir ini berbagai obat pun silih berganti dimasukkan ke dalam tubuhnya.
Setiap hari berjam-jam aku menemaninya setelah pulang dari jaga toko. Mengobrol, bergurau atau kadang-kadang berdongeng untuknya.

Suatu kali dia bertanya kepadaku… “Ko, apa artinya meninggal dunia?”
Pertanyaan yang menghentakkan diriku yang lelah dan lapar. HIV sudah memorak-porandakan seluruh sistem pertahanan tubuh Samuel… Infeksi yang tidak terlalu berat pun dapat menimbulkan penyakit yang fatal…
Aku menjawab… “Artinya, kamu akan pergi kesuatu tempat yang jauh… Tempat di mana kamu berasal.”
“Perginya sendirian?” tanyanya lemah.
Mataku berkaca-kaca. Namun aku mencoba untuk menahan agar air mata itu tidak jatuh.
“Sendirian. Tapi kamu jangan takut.” Aku mencoba untuk menguatkannya
“Kalau aku meninggal dunia, siapa yang akan menemani koko…??”

Pertanyaan itu akhirnya membuat air mataku juga jatuh... Diantara penderitaannya dia masih memikirkanku.
Kemudian dia melanjutkan perkataannya…
“Aku tahu, koko sering ngga makan biar aku kenyang… Koko sering jalan kaki pulang pergi ke toko biar bisa belikan aku sesuatu setiap hari. Nanti di sana, siapa yang motongin kuku Samuel…??”
Kemudian aku memeluknya dan dia kembali berbicara…
“Nanti kalau aku sudah besar dan punya uang yang banyak. Aku mau belikan koko sebuah toko. Biar koko ngga usah kerja lagi. Trus belikan koko rumah dan mobil, biar kalau hujan bisa tetap tidur enak dan tidak perlu lagi jalan kaki.”
Mulutku tertutup rapat. Bungkam. Tak ada kata yang bisa melewati kerongkonganku. Di tengah rasa sakitnya, dia masih menyimpan sebuah impian. Bukan keluh kesah karena sakit yang di deranya.

Aku membawa sebuah boneka Tazmania kecil untuk Samuel… Samuel yang terbaring lemah memaksakan senyumannya.
“Ko… Terima… kasih… ya, ko! Bonekanya bagus banget.”
“Maafkan koko ya. Koko ngga bisa belikan kamu boneka yang gede.”
“Ko, aku mau… kasih koko kado.”

Aku tercengang dengan perkataan Samuel…
“Aku cuma… bisa kasih lagu buat koko…”
Aku mendekatkan kupingku di wajah Samuel dan dia bernyanyi untukku… Semakin lama suaranya semakin melemah…

“Dalam segala perkara Tuhan punya rencana… Yang lebih besar dari semua yang terpikirkan
Apapun yang Kau perbuat tak ada maksud jahat… S’bab itu ku lakukan semua denganMu Tuhan
Ku tak akan menyerah pada apapun juga… Sebelum ku coba semua yang ku bisa
Tetapi ku berserah kepada kehendakMu… Hatiku percaya Tuhan punya rencana…

Air mataku terus jatuh ketika dengan susah payah dia menyelesaikan lagu tersebut.
“Selamat natal ya ko.” Ucapnya dengan sangat pelan.
“Selamat natal juga sayang.”

Tangan kanan Samuel mendekap boneka Tazmanianya sementara tangan kirinya menggengam tanganku.
Genggamannya makin lama makin lembut hingga tak ada lagi nadinya yang berdetak.
“Surga menantimu, pahlawan kecilku…” bisikku dikupingnya yang dingin.

Sobat…
Janganlah menyerah dengan segala keadaan yang kita alami… Tuhan beserta dengan kita…

Tuhan Yesus Memberkati
Daniel C. Saputra

Senin, 25 April 2011

AKU TAK BISA MEMEGANG KARTU LAGI


AKU TAK BISA MEMEGANG KARTU LAGI

Sobat… Hidup kita berharga di Mata Tuhan… Ketika kita menyadari hal tersebut, pertanyaannya adalah… Sudahkah di dalam hidup ini kita memuliakan Tuhan melelui setiap apa yang kita lakukan… Setiap apa yang kita kerjakan…???
Sudahkah kita mengasihi Dia dengan melakukan hal – hal yang diperkenan oleh Tuhan…???

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Ia pulang duduk seorang diri dengan suasana hening dan damai sedamai hatinya…
Tadi ketika seorang hamba Tuhan berbicara dengan penuh kuasa Ilahi, hatinya dikuasai penyesalan yang sangat dalam teringat kehidupannya yang penuh dosa…
Ia melihat bagaimana hari-harinya dilewati dengan berjudi, sampai tubuhnya payah dan tidak pernah sedikitpun terpikir akan anak dan istrinya.
Bila ia kalah…, anaknya yang datang untuk meminta uang belanja selalu diumpatnya "Karena tadi aku kamu ganggu, maka aku jadi kalah…!!"
Tak pernah diperhatikannya istri dan anaknya yang semakin kurus menahan derita batin dan jasmani… Bila kebetulan ia menang, uang yang didapatnya dibelanjakan berbagai barang kebutuhan keluarga, karena pikirnya dengan begitu keluarganya akan senang dan merasa terhibur… Ia berfikir seolah-olah dengan memborong barang-barang (baik yang dibutuhkan ataupun tidak) ia dapat mengurangi seluruh beban keluarganya…

Saat semua disadarinya, pintu hatinya telah terbuka. Ketika hamba Tuhan itu mengajak orang-orang untuk bertobat dan menerima Juruselamat, ia adalah salah seorang diantara mereka….
"Mulai saat ini, segala dosa saudara telah dihapus oleh darah pengorbanan Kristus di kayu salib," kata hamba Tuhan itu, "…damai sejahteralah saudara sekarang, dan tinggalkan perbuatan dosa yang dahulu."

Sobat Pertobatan itu telah mengubah dirinya…, ia bertekad untuk meninggalkan segala perbuatan dosa yang terdahulu… Tetapi setan tidak pernah tinggal diam, tak henti-hentinya teman-teman berjudinya datang ke rumah mengajak kembali mencari keuntungan yang tidak dihalalkan Tuhan…
Bila ia berkata bahwa telah bertobat serta menerima Kristus, mereka tertawa terbahak-bahak dan berkata. "Kami ingin melihat berapa lama kau bisa bertahan sebagai orang Kristen..!!" Ia mulai gelisah, akankah ia dapat bertahan dalam imannya…???

Tiba-tiba ia teringat bagaimana Kristus mencurahkan darahNya sebagai penebus dosa manusia, dosa dirinya sebagai pejudi. Maka dari dalam hatinya yang baru disucikan timbul suatu tekad…
Tuhan, demi menunjukkan kasih setiaku padaMu, aku rela berkorban sekalipun dengan mencurahkahn darahku. Ia memanggil istrinya, "Ambilkan aku golok" katanya dengan tenang...
Istrinya tidak berprasangka dan menuruti permintaan itu. Dipegangnya golok itu, kemudian tangannya yang lain diletakkan di atas meja. Golok diangkat dan istrinya memperhatikan perbuatannya dengan perasaan ngeri. Apakah yang hendak dilakukan suaminya itu…???

Darah mengalir deras, telunjuk terkapar diatas meja dan terpisah dari tangannya. Dengan wajah pucat menahan sakit, ia memerintahkan istrinya mengambil pembalut. "Selesai sudah," gumamnya karena baru saja memotong jari telunjuknya. Keesokan harinya ketika teman-temannya datang, ia mengangkat tangannya yang sudah tak berjari tinggi-tinggi.

"Aku sudah tidak bisa memegang kartu lagi…!!" katanya dengan tegas. Teman-temannya pergi setelah mendengar apa yang terjadi, dan mereka mengaku kalah karena iman mampu mengalahkan segala-galanya dan mampu memberi kesaksian.

Sobat… di kota kecil Jepara, hidup seorang kakek 80 tahun… Jalan dan gerak-geriknya masih gagah, bicaranya jujur dan tegas. Selama 40 tahun ia telah bersaksi dan tanpa didikan teologis telah mempertobatkan beratus-ratus orang di kota itu…
Bila secara kebetulan kita bertemu dengan dia dan melirik ketangannya, akan melihat bahwa tangannya tidak berjari telunjuk...

Sobat… Tidaklah mudah untuk menjadi hambaNya yang setia… Akan banyak tantangan dan masalah yang mencoba menyeret kita untuk berlaku tidak setia…
Banyak godaan yang menawarkan kehidupan yang lebih nyaman, walaupun itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan…

Sobat… Hidup adalah pilihan… Kemanakan kita akan memilih…???

Selamat Memilih… Tuhan Yesus Memberkati
Daniel C. Saputra


Minggu, 24 April 2011

DIBAYAR LUNAS !!!


DIBAYAR LUNAS…!!!

Yohanes 13 : 36 – 38
Simon Petrus berkata kepada Yesus : “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawan Yesus : “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”
Kata Petrus kepadaNya : “Tuhan mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang ? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu !”
Jawab Yesus : “Nyawamu akan kauberikan bagiKu ? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu : Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”

Sobat… kisah dari Yesus memperingatkan Petrus sudah sering kita dengarkan, terutama di masa raya Paskah… Ya, Sebuah kisah yang demikian terkenal…
Dengan latar belakang seorang Simon Petrus yang terkenal lantang bahkan “mulut besar” yang ingin menunjukkan dirinya adalah murid Tuhan yang setia…
Tetapi yang terjadi… Pada kenyataannya, apa yang diucapkan tidak dapat dilaksanakannya…

Petrus mengatakan… “Tuhan mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang…? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu…!!”
Sobat… bukankah itu merupakan kalimat yang indah yang diucapkan oleh seorang murid Yesus, yang dalam hidupnya mengikut secara nyata pelayanan Tuhan Yesus…
Petrus tahu persis apa yang dilakukan oleh Yesus dalam pelayananNya, dimana banyak mujizat terjadi… banyak hal yang tidak masuk akal dilakukan oleh Yesus, sehingga kepercayaan Petrus semakin tertanam… dan dia memiliki keyakinan bahwa Yesuslah Raja diatas segala raja… dan akhirnya pernyataan seorang Simon Petrus itu terucap…

Sobat… tapi sungguh ironis…
Yohanes 18 : 12 – 27 menjelaskan secara nyata bahwa apa yang dikatakan Tuhan kepada Petrus benar – benar terjadi… Tuhan bertanya dan mengatakan kepada Petrus,… “Nyawamu akan kauberikan bagiKu ? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu : Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”

Sobat… Bagaimana dengan kita…???
Seringkali kita berjanji untuk setia kepada Tuhan… Tapi pada kenyataannya… Seringkali kita mengingkari janji kita…
Bahkan tak ubahnya seperti Simon Petrus… Dengan mulut besar kita… Kita mengungkapkan janji – janji indah dihadapan Tuhan… Tetapi, sampai kapankah janji tersebut bertahan…???


Sobat… Ada kisah tentang seorang budak Afrika, dimana tuannya hendak membunuh dia dengan sebuah tombak…
Namun ada seorang pelancong Inggris yang ksatria mengangkat tangannya dan menepis hantaman tersebut, dan tangannya tertusuk oleh senjata keji tersebut…

Tatkala darah menyembur keluar, ia menuntut budak itu dimilikinya kepada Tuannya sebelumnya… ia berkata bahwa ia telah membelinya dengan apa yang dideritanya… Si Tuan yang jahat dengan enggan menyetujuinya…

Setelah Ia berlalu, Si Budak tersungkur di kaki penyelamatnya dan berseru… “Yang dibeli dengan darah… Kini adalah hamba dari belas kasihan… Dia akan melayaninya dengan setia…”

Sobat… Kita adalah seorang hamba yang telah dibeli dengan darah Kristus… Dapatkah kita mengatakan… “Yang dibeli dengan darah… Kini adalah hamba dari belas kasihan… Dia akan melayaninya dengan setia…”
Mungkin… kita akan mudah mengatakan hal tersebut… Tetapi pertanyaannya adalah…
Dapatkah kita melakukannya dengan setia…
Melakukan pekerjaan sebagai hamba Tuhan… Yaitu melayani Dia dengan kesetiaan sampai kapanpun dan apapun yang terjadi di dalam hidup kita…

Sobat… Simon Petrus dalam kisah yang tadi kita baca… Bukan saja sebagai murid dengan mulut besarnya… Tetapi dia adalah rasul besar yang pernah ada…
Dia pernah menyangkal Tuhan… Tetapi melalui kematian dan kebangkitan Tuhan… Dia diubah menjadi rasul yang luar biasa… Dia dipakai untuk melayani Tuhan secara luar biasa…

Sobat… Bagaimana dengan kita…???
Sudah berapa kalikah kita memperingati kematian dan kebangkitanNya…???
Jangan – jangan hal tersebut hanyalah rutinitas setiap tahun yang dirayakan dan diperingati oleh orang kristen…???
Kita merasakan sekejap saja dan kemudian dengan mudah terkikis oleh ketidaksetiaan kita…???

Sobat… Dosa kita telah ditanggung oleh Kristus… Dibayar lunas dengan penderitaanNya… dengan kematianNya di atas kayu salib…
Bukan dengan harga yang murah… Tetapi oleh Tubuh Kristus sendiri…

Sebuah kisah terakhir yang saya bagikan untuk perenungan kita pada paskah ini…

Sobat… Ada sebuah kisah tentang kaisar Nicholas I dari Rusia…
Dalam kisah tersebut diceritakan, bahwa kaisar sangat memperhatikan kesejahteraan seorang pemuda yang ayahnya adalah sahabatnya… Ketika pemuda itu dewasa, Kaisar Nicholas memberikan posisi yang baik kepada pemuda itu dalam ketentaraan dan menempatkannya sebagai orang yang mengemban tanggung jawab di salah satu benteng besar Rusia, dimana pemuda itu bertanggung jawab atas keuangan satu divisi dalam angkatan bersenjata…

Sobat… pemuda itu pada mulanya bekerja dengan sangat baik… tetapi seiring berlalunya waktu, ia berubah menjadi seorang penjudi… Dapat dipastikan, dalam waktu singkat, ia menghabiskan semua uangnya dengan berjudi… Ia meminjam uang dari bendahara dan menghabiskan di meja judi beberapa rubel setiap kalinya…

Suatu hari ia mendengar bahwa akan dilakukan audit pembukuan… Dengan bergegas ia mengambil peti penyimpanan… kemudian mengeluarkan buku kas dan menghitung berapa banyak uang yang ia miliki… Setelah ia mengurangi jumlah uang yang telah diambilnya, pemuda itu mendapati bahwa hutangnya luar biasa besar…

Sobat… Saat pemuda itu duduk di samping meja itu, ia mengeluarkan pulpennya dan menuliskan kalimat… Hutang besar, siapa yang dapat membayar…???

Sobat… Tidak ingin mendapatkan malu keesokan harinya tatkala dilakukan audit… Pemuda itu mengeluarkan pistolnya dan ia memutuskan bahwa pada tengah malam nanti ia akan mengakhiri hidupnya…

Malam itu hangat dan menimbulkan kantuk… Selagi pemuda itu duduk di samping meja, ia pun tertidur…
Kaisar Nicholas memiliki kebiasaan mengenakan seragan serdadu dan mengunjungi beberapa pos penjagaan… Malam itu, Dia mengunjungi benteng besar itu…
Sewaktu ia melakukan inspeksi, ia melihat seberkas cahaya di dalam salah satu kamar… Kemudian ia masuk ke ruangan tersebut…

Didalam ruangan itu ada seorang pemuda, dan kaisar langsung mengenalinya… Tatkala dia menghampiri pemuda itu dan melihat catatan yang ada di meja pemuda itu… Sebuah kalimat dibacanya… Hutang besar, siapa yang dapat membayar…??? Kemudian Kaisar mendapati peti penyimpanan uang yang terbuka…

Sobat… Pertama – tama, Kaisar merasa terdorong untuk membangunkan pemuda itu dan menahannya… Namun, Kaisar Nicholas dipenuhi oleh luapan kemurahan hati, dan ia mengambil pulpen yang jatuh dari tangan pemuda itu… Dan kaisar menuliskan satu kata di lembaran kertas yang sama, dan diam – diam ia meninggalkan kamar itu…

Kira – kira satu jam kemudian… Pemuda itu terbangun dan meraih pistolnya, menyadari bahwa saat itu sudah jauh lewat tengah malam.
Sebelum dia mengakhiri hidupnya, ia melihat kembali catatannya… Hutang besar, siapa yang dapat membayar…??? Dia sangat terkejut… tatkala di akhir kalimat yang dia tuliskan ada tambahan satu kata… NICHOLAS

Sobat… Pemuda itu menjatuhkan pistolnya dan berlari menuju ke tempat arsip… Ia memeriksa tulisan – tulisan dan menemukan tanda tangan Sang Kaisar…
Sudah sangat jelas baginya, dan dia mengetahui bahwa Kaisar ada disana malam itu, tatkala dia terlelap, dan Kaisar mengetahui kesalahannya… Tetapi Kaisar mengampuninya dan melunasi hutang – hutangnya…

Sobat… kisah Kaisar Nicholas yang menghapus hutang – hutang dan pelanggaran pemuda itu, adalah bayangan redup untuk menceritakan kasih Kristus yang menebus setiap dosa manusia…

Yang telah dilakukan oleh Kaisar Nicholas adalah tindakan yang luar biasa, dimana dia mengampuni orang yang bersalah…
Sobat… Kalau Kaisar Nicholas hanya menuliskan namanya untuk mengampuni orang tersebut… Bagaimana yang dilakukan oleh Kristus…???
Kristus tidak hanya menuliskan namaNya… Tetapi untuk menebus dosa manusia, Dia kehilangan segala – galanya…
Dia rela meninggalkan TahtaNya yang mulia… dihina… disiksa… disalibkan… dan mati untuk kita…

Selamat Paskah…
Kasih setia Tuhan senantiasa ada dalam hidup kita…

Daniel C. Saputra



Senin, 28 Maret 2011

BERBAGI KASIH


BERBAGI KASIH

Sobat…
Ketika kita merenungkan akan hidup kita, tentunya banyak hal yang telah kita alami…
Ketika kita merenungkan akan kasih Tuhan yang nyata dalam hidup kita… Banyak hal… Banyak alasan yang membuat kita bersyukur dan berterima kasih atas anugerah yang telah Dia berikan untuk kita…

Tetapi kondisi tersebut akan dengan mudah berbalik arah, bahkan hal itu seringkali terjadi dalam hidup kita…
Kita senantiasa merasa banyak kekurangan di dalam hidup ini… sehingga kita kita dibutakan karenanya…
Sobat… Banyak orang memiliki materi yang berlimpah… Tetapi masih saja ia merasa kurang… masih saja mengeluh… dan dia tidak dapat bersyukur…
Sobat… tidak ada damai sejahtera dan sukacita bukan karena kekurangan dalam hal materi… tetapi karena dia tidak dapat bersyukur dan tidak dapat membagikan kasih kepada sesama…

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Sobat… ada seorang yang bernama BAI FANG LI. Pekerjaannya adalah seorang tukang becak…
Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas sadel becaknya…, mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada orang yang naik becaknya… Mengantarkan kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.

Sobat… Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang yang menggunakan jasanya… Tetapi semangatnya luar biasa untuk bekerja…
Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan… Dia melalang di jalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.

Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li, karena ia pribadi yang ramah dan senyum yang tak pernah lekang dari wajahnya… Dan ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya.
Namun karena kebaikan hatinya itu…, banyak orang yang menggunakan jasanya membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha mengayuh becak tuanya.

Sobat… Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh, bersama dengan banyak tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya…
Gubuk itupun bukan miliknya, karena ia menyewanya secara harian… Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak…

Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat…, di ruang itu juga ia menerima tamu yang membutuhkan bantuannya…, di ruang itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal.
Ada sebuah piring seng comel dimana biasa ia makan…, ada sebuah tempat minum dari kaleng.
Di pojok ruangan tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.

Sobat… Bai Fang Li tinggal sendirian di gubuknya. Dan orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang.
Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah… Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. Tangannya sangat ringan menolong orang yang membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.

Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya yang sudah tak layak dipakai karena telah robek… Namun dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin… Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada.

Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja… Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban berat di pundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang sangat jelas terpancar di mukanya, ia menyambut upah beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu…

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak ke tempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan kotoran itu, dan memasukkan roti itu ke mulutnya, menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga…

Sobat… Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.

“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya….,” jawab anak itu.

“Orang tuamu dimana…?” tanya Bai Fang Li.

“Saya tidak tahu…., ayah ibu saya pemulung…. Tapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang masih kecil…,” sahut anak itu.

Sobat… Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing, dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka kesulitan…

Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak…

Sobat… Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam 8 malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya dan membeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu... Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.

Ia merasa sangat bahagia melakukan semua itu…, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmm… tapi masih cukup bagus… gumamnya senang.

Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, di tengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.

“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini…,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa perduli dengan dirinya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot becaknya demi memperoleh uang untuk menambah donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu…
Saat berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.

Bai Fang Li berkata “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan….,” katanya dengan sendu.

Semua guru di sekolah itu menangis….

Sobat… Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun…, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin.

Sobat…
Mungkin hidup kita lebih beruntung dibandingkan dengan Bai Fang Li… Tetapi apakah kita mendapatkan kedamaian yang lebih dibandingkan dengan dia…???
Mungkin kita hidup secara berkecukupan… atau mungkin berkelimpahan…
Disekeliling kita ada keluarga yang mengasihi kita… Kita punya punya tempat tinggal yang layak… Kita punya pekerjaan… Punya yang lain… dan yang lain…

Sobat… seringkali kita dibutakan karena materi… sehingga kita terus dan terus merasa kekurangan… Sehingga damai sejahtera dan sukacita hilang dari kehidupan kita…

Sobat… Kasih yang telah Tuhan berikan kepada kita… Dengan wujud yang nyata telah dianugerahkan kepada kita… Sobat… Kasih bukanlah sekedar apa yang kita keluarkan dari mulut kita… Tetapi kasih harus diwujudnyatakan di dalam hidup kita…

Sobat… Kasih adalah pembawa dama sejahtera… dan kasih, mengajarkan kepada kita untuk memiliki hidup yang senantiasa bersyukur…

Selamat berbagi kasih… Selamat bersyukur…
Tuhan Yesus memberkati…

Daniel C. Saputra

Sabtu, 26 Maret 2011

HADIAH SEORANG MALAIKAT KECIL


HADIAH SEORANG MALAIKAT KECIL

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Sobat… Pada suatu hari, di sebuah desa ada seorang nenek tua yang sakit-sakitan.
Nenek tua ini hidup dari belas kasihan orang-orang. Nenek tua ini tinggal berdua dengan cucunya yang masih remaja, karena dari kecil mamanya meninggalkannya dan papanya meninggalkan mamanya saat mamanya mengandung anak remaja ini. Singkat cerita dia sama sekali tidak mengenal orangtua-nya… Semenjak bayi, sang cucu dirawat dengan penuh kasih sayang dari sang nenek sampai tiba waktunya nenek itu sudah tua dan mulai sakit-sakitan… Anak remaja ini sangat sedih melihat kondisi neneknya dan ia ingin membawa neneknya ke rumah sakit… namun tidak ada uang. Sedangkan untuk bersekolah saja tidak bisa, anak remaja ini sekolah sampai kelas 3 SMP.
Desa yang ditempati oleh mereka adalah desa yang sangat jarang penduduknya dan merupakan desa terpencil. Dia tidak tahu harus bagaimana sementara kondisi neneknya makin parah…

Sobat… Sementara cucunya (anak remaja ini) berjalan kian kemari meminta pertolongan.
Sambil mengamen di jalanan untuk biaya makan dan berobat neneknya, ada seorang anak TK yang melambaikan tangan ke arah anak remaja itu dari dalam mobil…
Anak remaja itu melihat ke arah anak TK itu dan anak TK itu memanggilnya "Hai kak, ayo kemari". Di tangan anak itu dipegangnya sebuah kantong plastik berwarna hitam lalu diberikannya.

Sobat… Sang remaja ini heran dan membukanya… dan ternyata berisi nasi kotak dengan lauk yang enak. Sang remaja ini berpikir "Pas sekali, bisa dimakan untuk kami berdua dengan nenek."
Sobat… Lalu anak remaja itu mengucapkan terima kasih kepada anak TK ini dan segera pergi membawanya kepada neneknya.

Sobat… Namun, sementara anak remaja ini hendak pergi, sang anak TK itu memanggil lagi "Kak kemari…!!". Lalu dia membersihkan mukanya yang kotor dan bajunya yang kusam dan bau dan segera menghampiri anak TK ini.

Sang remaja berkata "Ada apa, Dik…?? " Dia terheran-heran dengan anak TK ini. Lalu sang ayah membuka mobilnya dan segera turun menjumpainya. Anak remaja ini mulai ketakutan dan berkata "Ada apa Pak, apakah saya salah…???"

Lalu sang bapak segera tertawa dan mengajak remaja itu naik ke mobilnya bersama anaknya untuk pergi jalan-jalan ke mal…
Sobat… Dengan spontan anak remaja itu menolak dan mengatakan "tidak usah, terima kasih. Di rumah saya ada seorang nenek yang sedang menunggu saya, namun dia sedang sakit keras, dia butuh pengobatan untuk kesembuhannya dan jikalau tidak maka nenek akan segera meninggal…".

Bapak itu terharu, sementara anaknya yang TK asyik merengek meminta anak remaja itu ikut. Bapak itu berkata "Nak, naiklah, kita pergi membeli pakaian untukmu dan kemudian kita segera pergi ke rumahmu dan membawa nenekmu ke rumah sakit..."

Sobat… Remaja itu menangis seolah tidak percaya maka dia menanyakan ulang "Apa Pak, benarkah demikian?"

Bapak itu mengatakan, "Betul Nak, mari naiklah."

Sobat… Singkat cerita bapak itu naik dan kemudian dia baru menyadari bahwa bapak dan anak TK itu adalah orang Kristen. Kemudian remaja ini bertanya "Pak, kenapa bapak dan anak bapak baik sekali pada kami orang yang miskin ini…???"

Lalu bapak itu tersenyum dan berkata "Nak, ini adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan kepadamu… yaitu lewat seorang anak TK yang memberikan nasi kotak yang dimilikinya untukmu dan terlebih lagi nenekmu akan segera sembuh dan kamu akan segera sekolah kembali dan tinggal di rumah kami yang besar."

Remaja ini menangis terharu dan berkata "Terima kasih Tuhan, hari ini Engkau memberikan kepadaku malaikat kecil yang mau membantuku dan seorang bapak yang mau memperhatikan keadaanku…"

Sobat… menyimak kisah tersebut…
Adakah alasan bagi remaja itu untuk tidak mengeluh…???
Dia sudah tidak memiliki orang tua… Ditengah kemiskinannya, dia hanya tinggal bersama seorang nenek tua yang sudah sakit – sakitan… Dia putus sekolah… dan dia juga harus mencukupi kebutuhan makan dan pengobatan untuk nenek yang dia kasihi…
Sobat… Bagaimana kalau hal itu terjadi di dalam kehidupan kita…???
Mampukah kita bertahan…??? Mampukah kita menerima keadaan tersebut…??? Dan mampukah kita dengan segala cara kita dapat mencari jalan keluar…???
Ataukah kita menyalahkan keadaan…??? Bahkan menyalahkan Tuhan…!!! Dan kita menjadi orang yang putus asa…???

Sobat… kisah tersebut mengajarkan kepada kita…
Remaja itu tidak putus asa… Walaupun dia miskin… Walaupun dia putus sekolah… Walaupun dia menjadi seorang pengamen untuk mencukupi biaya hidup untuk dirinya dan neneknya…

Sobat… dengan kesetiaan remaja tersebut, dan kasihnya kepada nenek yang sakit – sakitan, muncullah seorang malaikat kecil bagi dirinya…
Melaluinya… bukan hanya dia mendapatkan makan, pakaian, sekolah dan tempat tinggal… tetapi diapun dapat menolong neneknya…

Sobat… setiap kita pasti memiliki masalah dalam hidup kita…
Tetapi janganlah kita putus asa… tetaplah untuk setia…
Janganlah menyalahkan keadaan, karena kita diciptakan untuk memiliki pengharapan…
Janganlah menyalahkan Tuhan… Karena Dialah yang memelihara, memberiikan kekuatan dan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi…

Tetap Berharap pada Tuhan,
Tuhan Yesus memberkati


Daniel C. Saputra


Jumat, 25 Maret 2011

TUHAN ITU BAIK


TUHAN ITU BAIK

Sobat…
Setelah seharian kita disibukkan dengan berbagai pekerjaan, tentunya banyak hal yang telah kita alami… Banyak hal yang telah terjadi di dalam kehidupan kita…
Sobat… ada keberhasilan, namun juga ada kegagalan yang kita alami…
Ketika kita merenungkan perjalanan kehidupan kita… ketika kita mengingat – ingat kembali langkah demi langkah yang telah kita ayunkan… Apakah kita dapat mengatakan bahwa Tuhan itu baik…???

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Sobat… Ada dua orang yang mengadakan perjalanan bersama…
Mereka membawa seekor keledai untuk mengangkut barang-barang mereka, sebuah obor untuk menerangi jalan di waktu malam, dan seekor ayam, yang merupakan teman keledai itu… Ayam itu duduk di kepala keledai sepanjang perjalanan.

Salah seorang di antaranya sangat saleh, sedangkan seorang yang lainnya tidak percaya kepada Tuhan. Sobat… Sepanjang jalan mereka sering berbincang-bincang tentang Tuhan. "Tuhan itu sangat baik," kata orang yang pertama…

"Kita akan lihat jika pendapatmu itu bisa bertahan dalam perjalanan ini," kata orang yang kedua.

Sobat… Menjelang petang, mereka tiba di sebuah desa kecil, dan mereka mencari tempat bermalam… Meskipun mereka sudah mencari kesana kemari, tapi tidak seorang pun menerima mereka…
Dengan berat hati mereka meneruskan perjalanan sampai keluar kota itu, dan mereka memutuskan tidur di sana.

Orang yang kedua berkata dengan nada sinis kepada orang yang pertama… "Saya pikir kamu tadi bilang bahwa Tuhan itu baik,"

"Tuhan telah memutuskan bahwa di sinilah tempat bermalam kita yang terbaik," jawab orang yang pertama tersebut...

Mereka memasang tempat tidur mereka di bawah sebuah pohon yang besar, di samping jalan menuju ke desa tadi, lalu mengikat keledai mereka lima meter dari tempat tidur mereka…
Sobat… Ketika mereka mau menyalakan obor, tiba-tiba terdengar suara gaduh. Seekor singa menerkam keledai mereka hingga mati dan menyeretnya untuk dimakan… dan dengan segera kedua orang itu memanjat pohon agar selamat.

"Kamu masih bilang bahwa Tuhan itu baik?" kata orang yang kedua dengan marah.

"Jika singa itu tidak menerkam keledai kita, ia tentunya menyerang kita. Tuhan memang baik," jawab orang yang pertama.

Beberapa saat kemudian terdengar jeritan ayam mereka. Dari atas pohon, mereka bisa melihat bahwa seekor kucing liar telah menerkam ayam mereka dan menyeretnya ke sana kemari.

Sobat… Sebelum orang kedua sempat berkata sesuatu, orang yang pertama mengatakan, "Jeritan ayam itu sekali lagi menyelamatkan kita. Tuhan itu baik."

Beberapa menit kemudian… hembusan angin kencang memadamkan obor mereka, yang merupakan satu-satunya penghangat badan mereka di malam yang kelam itu. Sekali lagi orang yang kedua mengejek temannya. "Tampaknya kebaikan Tuhan terus bekerja sepanjang malam ini," katanya. Kali ini, orang yang pertama diam saja…

Sobat… Pagi hari berikutnya kedua orang itu kembali menuju desa itu untuk mencari makanan… Mereka segera mendapati bahwa segerombolan besar perampok telah menyerang desa itu semalam dan merampok seluruh desa itu.

Mengetahui hal ini orang yang pertama berkata, "Akhirnya menjadi jelas bahwa Tuhan itu memang sangat baik… Seandainya kita bermalam di desa ini, maka kita pasti sudah dirampok bersama seluruh desa ini. Seandainya… angin tidak memadamkan obor kita, maka para perampok itu, yang pasti melewati jalan di dekat tempat kita tidur, akan melihat kita dan merampok barang-barang kita. Jelas, Tuhan itu baik…!!"

Sobat…
Dalam hidup kita… kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Tuhan…
Tuhan sungguh baik… Sangat baik untuk kita semuanya…

Sobat…
Ketika kita setia kepada Tuhan, bukan berarti perjalan hidup kita mulus adanya…
Akan ada tantangan, kerikil tajam yang merintangi langkah kita…
Atau terkadang, apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan…
Tetapi tetaplah Dia adalah Allah yang sungguh amat baik… Dia membentuk kita sedemikian rupa, sehingga apa yang akan kita dapatkan, adalah anugrah yang terindah yang akan Tuhan berikan di dalam hidup kita…

Tetap setia… Tetap Percaya… dan Tetap Melihat kebaikan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita…

Selamat menyaksikan dan mengalami kebaikan Tuhan
Tuhan Yesus memberkati

Daniel C. Saputra

Sabtu, 19 Maret 2011

RANCANGAN INDAHNYA


RANCANGAN INDAHNYA


Sobat…
Berapa banyak diantara kita yang saat ini mengalami kekecewaan…???
Mungkin karena apa yang kita cita – citakan… apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan…
Mungkin karena kegagalan – kegagalan yang kita alami…
Atau mungkin yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan…???
Ada masalah… ada pergumulan… dan masih banyak lagi alasan untuk kita kecewa…

Mungkin saat ini kita menangis… kita berontak dan berteriak…!!!
Atau mungkin saat ini, diantara kita ada yang menyalahkan keadaan… Ada diantara kita yang menyalahkan kekurangan dari diri kita… atau mungkin ada diantara kita yang menyalahkan TUHAN…!!!

Sobat… Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Sobat… Ada seorang anak laki-laki yang berambisi bahwa pada suatu hari nanti ia akan menjadi jenderal angkatan darat… Anak itu pandai dan memiliki bakat yang lebih daripada cukup untuk dapat membawanya kemanapun ia mau... Untuk itu ia bersyukur kepada Allah, oleh karena ia adalah seorang anak yang takut akan Allah dan ia selalu berdoa agar supaya suatu hari nanti impiannya itu akan menjadi kenyataan…
Sobat… Sayang sekali, ketika saatnya tiba baginya untuk bergabung dengan angkatan darat, ia ditolak oleh karena memiliki telapak kaki yang rata...

Setelah berulang kali berusaha dan ia mengalami kegagalan, ia kemudian melepaskan hasratnya untuk menjadi jenderal dan ia menyalahkan Allah yang tidak menjawab doanya…
Sobat… Ia merasa seperti berada seorang diri, dengan perasaan yang kalah, dan diatas segalanya, rasa amarah yang belum pernah dialaminya sebelumnya…
Amarah yang mulai ditujukannya terhadap Allah. Ia tahu bahwa Allah ada, namun tidak mempercayaiNya lagi sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang tiran (penguasa yang lalim)… Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke dalam gereja.
Sobat… Ketika orang-orang seperti biasanya berbicara tentang Allah yang Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan rumit yang akan membuat orang-orang percaya itu kebingungan.

Sobat… pemuda itu kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi agar ia menjadi seorang dokter…
Dan begitulah, ia menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian menjadi seorang ahli bedah yang handal…
Ia menjadi pelopor di dalam pembedahan yang berisiko tinggi dimana pasien tidak memiliki kemungkinan hidup lagi apabila tidak ditangani oleh ahli bedah muda ini. Sekarang, semua pasiennya memiliki kesempatan untuk menikmati suatu hidup yang baru.
Sobat… Selama bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan beribu-ribu jiwa, baik anak-anak maupun orang dewasa. Para orang tua sekarang dapat tinggal dengan berbahagia bersama dengan putra atau putri mereka yang dilahirkan kembali, dan para ibu yang sakit parah sekarang masih dapat mengasihi keluarganya… Para ayah yang hancur hati oleh karena tak seorangpun yang dapat memelihara keluarganya setelah kematiannya, telah diberikan kesempatan baru.
Sobat… Setelah ia menjadi lebih tua maka ia melatih para ahli bedah lain yang bercita-cita tinggi dengan tekhnik bedah barunya tersebut…, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan.

Sobat… Pada suatu hari tatkala ia beristirahat… tatkala ia menutup matanya dan Tuhan muncul menjumpai dirinya dalam suatu penglihatan... Di situ, masih penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Allah mengapa doa-doanya tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata…,
"Pandanglah ke langit anakKu…, dan lihatlah impianmu menjadi kenyataan." Di sana, ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa untuk bisa menjadi seorang prajurit… Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat dan menjadi prajurit.
Di sana ia menjadi sombong dan ambisius, dengan pandangan mata yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah resimen… Ia kemudian dipanggil untuk mengikuti peperangannya yang pertama, akan tetapi ketika ia berada di kamp di garis depan, sebuah bom jatuh dan membunuhnya… Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada keluarganya. Semua ambisinya kini hancur berkeping-keping saat orang tuanya menangis dan terus menangis…

Lalu Tuhan berkata, "Sekarang lihatlah bagaimana rencanaKu telah terpenuhi sekalipun engkau tidak setuju." Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia memperhatikan kehidupannya, hari demi hari dan berapa banyak jiwa yang telah diselamatkannya... Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota keluarganya dan kehidupan baru yang telah diberikannya kepada mereka dengan menjadi seorang ahli bedah... Kemudian di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki impian untuk menjadi seorang prajurit kelak, namun sayangnya dia terbaring sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu melalui pembedahan yang dilakukannya…
Hari ini anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi seorang jenderal. Ia hanya dapat menjadi jenderal setelah ahli bedah itu menyelamatkan nyawanya…

Sobat… Sampai di situ, Ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama dengannya. Ia mengerti bagaimana Allah telah memakainya sebagai alatNya untuk menyelamatkan beribu-ribu jiwa, dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit itu....

Sobat…
Untuk dapat melihat kehendak Allah digenapkan di dalam hidup kita…, kita harus mengikuti Allah dan bukan mengharapkan Allah yang mengikuti kita...

Apa yang kita alami hari ini, mungkin kita tidak mengerti… Mengapa semua itu terjadi…
Kita punya rencana… Kita punya cita – cita yang indah yang sudah kita persiapkan sedemikian rupa… Tetapi hanya kekecewaan yang kita rasakan… karena semuanya itu tidak terwujud…

Mungkin kita sudah berdoa sedemikian rupa, membawa segala permohonan kita kepada Tuhan… Dan dengan keyakinan yang tinggi kita menatap hari depan kita, karena kita yakin Tuhan mengabulkan semua doa kita… tetapi yang terjadi adalah sakit hati… Karena semua doa kita tidak menjadi kenyataan…

Sobat… Satu hal tanamkan di dalam hati bahwa yang Tuhan beri pastilah yang terindah didalam hidup kita...
Tuhan takkan memberi ular beracun kepada mereka yang minta roti...
Tantangan, gangguan, hambatan, ancaman, cobaan hidup yang anda alami takkan melebihi kekuatanmu...

Sobat… Serahkan segala masa depan kita kepada Tuhan… Syukurilah untuk semua yang telah Tuhan berikan di dalam hidup kita… Tuhan membentuk kita sedemikian rupa, untuk menjadi alat kemuliaanNya…
Adakah diantara kita yang mau menyerahkan hidup kita dalam rencanaNya…???

Tuhan Yesus memberkati,

Daniel C. Saputra