Jumat, 10 Januari 2014

Secangkir Kopi Yang Mendunia



SECANGKIR KOPI YANG MENDUNIA
KISAH HOWARD SCHULTZ

Sobat… Apa yang akan Anda lakukan jika ide Anda ditolak dan dilecehkan, bahkan dianggap gila oleh 217 orang dari 242 yang diajak bicara…?
Menyerah…? Atau malah makin bergairah…?
Jika pilihan terakhir ini yang Anda lakukan, barangkali suatu saat, sebuah impian membuat bisnis kelas dunia bisa jadi milik Anda.

Yah, itulah kisah nyata yang dialami oleh Howard Schultz, orang yang dianggap paling berjasa dalam membesarkan kedai kopi Starbucks.

"Secangkir kopi satu setengah dolar…? Gila! Siapa yang mau…?”
“Ya ampun, apakah Anda kira ini akan berhasil…? Orang-orang Amerika tidak akan pernah mengeluarkan satu setengah dolar untuk kopi,"
Sobat… itulah sedikit dari sekian banyak cacian yang diterima Howard, saat menelurkan ide untuk mengubah konsep penjualan Starbucks.

Dalam buku otobiografinya yang ditulis bersama dengan Dori Jones Yang - Pour Your Heart Into It; Bagaimana Starbucks Membangun Sebuah Perusahaan Secangkir Demi Secangkir - Howard menceritakan bagaimana ia merintis "cangkir demi cangkir" dan menjadikan Starbucks sebagai kedai kopi dengan jaringan terbesar di seluruh dunia.

Sobat… Awalnya, Howard Schultz adalah seorang general manager di sebuah perusahaan bernama Hammarplast. Suatu kali, ia datang ke Starbucks yang pada awalnya hanyalah toko kecil pengecer biji - biji kopi yang sudah disangrai.
Toko ini dimiliki oleh duo Jerry Baldwin dan Gordon Bowker sebagai pendiri awal Starbucks. Duo tersebut memang dikenal sangat getol mempelajari tentang kopi yang berkualitas.
Melihat kegairahan mereka tentang kopi, Howard pun memutuskan bergabung dengan Starbucks, yang kala itu baru berusia 10 tahun. Ia pun segera bisa dekat dengan Jerry Baldwin. Sayang, hal itu kurang berlaku dengan Gordon Bowker dan Steve, seorang investor Starbucks baru. Meski begitu, Howard tetap berusaha beradaptasi dan mencoba mengenalkan berbagai ide pembaruan untuk membesarkan Starbucks.

Suatu ketika, Howard Schultz datang dengan ide cemerlang… Ia mendesak Jerry untuk mengubah Starbucks menjadi bar espresso dengan gaya Italia. Setelah perdebatan dan pertengkaran yang panjang, keduanya menemui jalan buntu. Jerry menolak karena meskipun idenya bagus, Starbucks sedang terjerumus dalam utang sehingga tidak akan mampu membiayai perubahan.

Howard pun lantas bertekad mendirikan perusahaan sendiri. Belajar dari Starbucks, ia tidak mau berutang dan memilih berjuang mencari investor. Dan, pilihan inilah yang kemudian membuatnya harus bekerja ekstra keras. Ditolak dan direndahkan menjadi bagian keseharian yang harus dihadapinya.

Tekad itu terwujud, dan bahkan dengan uang yang terkumpul dari usahanya, ia berhasil membeli Starbucks dari pendirinya. Namun, kerja keras itu tak berhenti dengan terbelinya Starbucks. Saat terjadi akuisisi, ia mendapati banyak karyawan yang curiga dan memandang sinis perubahan yang dibawanya. Tetapi, dengan sistem kekeluargaan, ia merangkul karyawan dan bahkan memberikan opsi saham sehingga sense of belonging karyawan makin tinggi.

Kini, dibantu dengan CEO yang diperbantukannya, Orin C Smith, Howard berhasil mengembangkan Starbucks hingga puluhan ribu cabang di seluruh dunia. Ia juga menekankan layanan dengan keramahan pada konsumen, dan di sisi lain, memperlakukan karyawan sebagai keluarga. Dengan cara itu, Howard terus berekspansi hingga terus menjadi kedai kopi terbesar.

Sobat… Howard Schultz adalah gambaran kegigihan seseorang dalam mewujudkan ide. Meski diremehkan pada awalnya, Howard tetap bertahan dan akhirnya membuktikan bahwa dengan tindakan nyata, semua ide bisa menjadi nyata. Kepedulian yang ditunjukkan dengan "memanusiakan" semua karyawannya juga telah membuatnya makin disegani sehingga mampu terus memperbesar usahanya.

Sobat… Berapa kali kita mendengar orang melecehkan kita… Pandangan yang sinis terhadap apa yang saat ini kita usahakan untuk meraih kesuksesan…

Sobat… Sukses, tidaklah tergantung dari apa kata orang…
Tetapi sukses tergantung dari diri kita sendiri…
Dengan ketekunan… Dengan Kerja Keras
Dengan Keyakinan bahwa Tuhan menyertai setiap langkah gerak kehidupan kita…

Kamis, 09 Januari 2014

Tidak Kalah Oleh Kekurangan



TIDAK KALAH OLEH KEKURANGAN
KISAH HIDUP HEE AH LEE

Don’t judge the book by it’s cover, jangan menilai sesuatu dari penampilan luarnya saja. Mungkin ini ungkapan yang tepat saat melihat sosok Hee Ah Lee. Betapa tidak, fisiknya jauh dari ukuran normal. Tangannya hanya punya empat jari berbentuk capit, sedangkan kakinya pun pendek sebatas ukuran lutut. Orang pasti akan kasihan melihat sosok wanita kelahiran Korea tersebut.

Tapi, rasa kasihan ini akan segera berubah menjadi kekaguman jika melihat Hee Ah Lee memainkan piano. Bayangkan, nada-nada sulit musik klasik karya komponis kenamaan seperti Chopin, Beethoven, Mozart, bisa dimainkannya dengan sangat apik. Padahal, tidak ada not balok dari musik klasik itu yang khusus dibuat untuk dimainkan dengan hanya empat jari. Hee sendirilah, yang mengubah empat jarinya sehingga mampu menari di atas tuts-tuts piano dengan lincah, layaknya sepuluh jari orang normal. Dari awal belajar piano memang saya diperlakukan sebagai orang normal,”sebut Hee.

Terlahir dari seorang ibu bernama Woo Kap Sun, Hee sebenarnya sangat beruntung. Sebab, Woo yang tahu akan melahirkan bayi cacat dari awal menolak mentah-mentah anjuran beberapa orang dekatnya untuk menitipkan anaknya ke panti asuhan setelah lahir. Woo juga yang merawat, mendidik, dan mengajari Hee seperti orang normal lain. Woo bahkan menyebut anaknya itu sebagai anugerah Tuhan meski terlahir kurang sempurna. Ibunya itu juga yang kemudian dengan kesabaran ekstra mengajari Hee bermain piano sejak usia enam tahun.

Saat mulai main piano, Hee bahkan tidak bisa memegang pensil. Butuh waktu dan kerja keras, serta dilandasi keuletan yang luar biasa untuk melatih jari-jari Hee. Belum lagi untuk mengenalkan not balok pada Hee yang punya keterbelakangan mental. Awalnya, untuk menguasai sebuah lagu saja, dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Itu pun bisa dilakukan hanya dengan latihan intensif minimal sepuluh jam dalam sehari. Sungguh, gabungan cinta kasih seorang ibu ditambah ketekunan Hee sebagai anak, merupakan sebuah kekuatan yang mampu mengubah kekurangan dan keterbatasan menjadi kelebihan yang luar biasa. Hee menyebut, ibunyalah yang telah menggembleng dirinya agar tumbuh mandiri, percaya diri, dan bersemangat baja menghadapi hidup.

Dengan kemampuan yang diperoleh dari ketekunan dan keuletan berlatih itu, Hee kini telah berkeliling dunia. Ia menginspirasi orang dengan keyakinan bahwa tidak ada yang tak mungkin di dunia ini jika kita mau bekerja keras dan sungguh-sungguh berusaha mewujudkannya. Meski begitu, sebagai manusia biasa ia pun mengaku pernah mengalami patah semangat.
Bayangkan Anda makan satu jenis makanan terus menerus sampai bosan. Tapi, aku memakannya terus. Aku berlatih terus menerus,” sebut Hee tentang bagaimana menaklukkan kebosanannya.

Kini, sederet penghargaan atas keterampilan bermain piano telah diterimanya. Ia juga telah mempunyai album musik sendiri berjudul Hee-ah, Pianist with Four Finger. Dengan berbagai kelebihan yang diolah dari kekurangan itu lah, kini ia juga mempunyai kehendak lain yang mulia,
“Aku akan berkeliling dunia, bermain piano dari sekolah ke sekolah untuk memberi motivasi kepada kaum muda bahwa mereka bisa melakukan apa pun kalau berusaha,” kata Hee.
Sungguh, sosok Hee Ah Lee adalah gambaran nyata keteladanan seseorang dengan ketekunan yang luar biasa. Hanya dengan keyakinan, keuletan, dan kerja keras disertai semangat pantang menyerah, seseorang dapat merubah nasibnya. Jika Hee yang kurang sempurna saja mampu, bagaimana dengan kita yang terlahir sempurna? Tinggal keyakinan dan tekad kuat disertai usaha sungguh-sungguh lah yang akan merubah kita.

Sobat...
Jangan pernah kalah dengan segala keterbatasan yang kita miliki...
Kita diciptakan dengan segala potensi yang luar biasa yang dianugerahkan oleh Tuhan...
Semangat, ketekunan, kedisiplinan dan mau berusaha akan mambawa kita kepada keberhasilan...

Sobat...
Jangan pernah menyerah sekalipun situasi terburuk kita alami...
Karena ketika kita menyerah, maka kita menutup pintu keberhasilan bagi diri kita...

Tuhan memberkati
Daniel Saputra


Rabu, 08 Januari 2014

Harga Sebuah Baju



HARGA SEBUAH BAJU

Sobat…
Apakah yang menjadi pertimbangan kita didalam kita menghargai orang lain…???
… Apakah dari penampilannya…??? Apakah dari sesuatu yang dapat kita lihat dari kasat mata…???

Sobat…
Seringkali kita tertipu dari penampilan luar seseorang…
Sehingga kitapun menyesal di kemudian hari…

Sebuah kisah untuk kita renungkan…

Sobat… Ada seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang turun dari kereta api di kota Boston, Amerika Serikat…
Mereka berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta ijin untuk bertemu dengan pimpinan…
Sobat… Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung dan udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria itu dengan lembut…
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat…
“Kami akan menunggu,” jawab sang Wanita…

Sobat… Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi…
Tetapi nyatanya tidak, mereka tetap saja menunggu...
Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada pemimpinnya.

“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard…
Sobat… Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.
Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul…

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut…
Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini… Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. Bolehkah…?” tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sobat… Sang Pemimpin Harvard tersebut tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya,” katanya dengan kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”

“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang Pemimpin Harvard memutar matanya…
Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung…?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung…?! Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”

Sobat… Untuk beberapa saat sang wanita terdiam… Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang…
Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, ”…Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja…??”
Sobat… Suaminya mengangguk… Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, dan di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.

Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di Amerika Serikat…

Sobat…
Marilah kita belajar, agar kita dapat menghargai orang – orang yang ada di sekeliling kita…

Daniel C. Saputra

Selasa, 07 Januari 2014

Berkat Yang Tersamar



BERKAT YANG TERSAMAR

Sobat…
Sering kali pada saat kejadian yang tidak menyenangkan menimpa diri kita, kita bertanya-tanya mengapa TUHAN membiarkan hal itu terjadi…?
Terlebih bila selama ini kita merasa telah menjadi anak Allah yang baik. Mengapa hal-hal buruk masih terjadi pada kita…?
Sobat… Ada peristiwa-peristiwa dalam hidup kita yang sulit dimengerti pada saat kita mengalaminya. Kita hanya dapat berserah pada-NYA, percaya bahwa DIA tidak akan memberikan yang buruk kepada kita

(Yer 29:11)
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Ada sebuah ilustrasi yang mungkin dapat membantu kita memahami bahwa sebenarnya di balik “kemalangan” yang kita alami, ada berkat yang tersamar, yang belum kita sadari pada saat itu.

Sobat… ada sebuah kisah tentang seorang raja yang mempunyai seorang teman baik. Temannya ini punya kebiasaan berkomentar, “Ini bagus!” atas semua situasi dalam hidupnya baik situasi positif maupun negatif.

Suatu hari Sang Raja dan temannya pergi berburu. Temannya mempersiapkan dan mengisikan peluru untuk senapan Sang Raja…
Namun apa yang terjadi… Kelihatannya Sang Teman melakukan kesalahan dalam mempersiapkan senjata tersebut, karena setelah raja menerima senapan itu dari temannya, senapan itu meletus dan mengenai jempolnya.

Sobat… Seperti biasa Sang Teman berkomentar, “ Ini bagus!”, yang oleh raja dijawab, “Tidak, ini tidak bagus!” dan raja tersebut menjebloskan temannya ke penjara.

Kurang lebih setahun kemudian, Sang Raja pergi berburu ke daerah yang berbahaya. Ia ditangkap oleh sekelompok orang kanibal, kemudian dibawa ke desa mereka.
Mereka mengikat tangan Raja itu dan menumpuk kayu bakar, dan bersiap untuk membakarnya… Ketika mereka mendekat untuk menyalakan kayu tersebut, mereka melihat bahwa Sang Raja tidak mempunyai jempol.
Sobat… Karena percaya pada tahayul, mereka tidak pernah makan orang yang tidak utuh. Jadi mereka membebaskan raja itu.

Dalam perjalanan pulang, raja tersebut ingat akan kejadian yang menyebabkan dia kehilangan jempolnya dan merasa menyesal atas perlakuannya terhadap teman baiknya yang telah dijebloskannya ke dalam penjara karena mengatakan “Ini Bagus…!!!”.
Raja langsung pergi ke penjara untuk berbicara dengan temannya. “Kamu benar, baguslah bahwa aku kehilangan jempolku.”
Dan kemudian Sang Raja menceritakan kejadian yang baru dialaminya kepada temannya itu... “Saya menyesal telah menjebloskan kamu ke penjara begitu lama. Saya telah berlaku jahat kepadamu.”

Sobat tetapi teman raja itu mengatakan “Tidak…,Ini bagus!”.
Raja heran terhadap temannya yang tetap mengatakan… “Ini bagus…!!!“ walaupun dia ada di dalam penjara…
Kemudian Raja bertanya kepada temannya itu… Apa maksudmu, ‘Ini bagus!’? Bagaimana bisa bagus, aku telah mengirim kamu ke penjara selama satu tahun.” Temannya itu menjawab, “Kalau kamu tidak memenjarakan aku, aku tadi pasti bersamamu.”

Sobat… Kehilangan jempol ataupun kebebasan karena di penjara bukanlah hal yang menyenangkan. Namun karena 2 peristiwa itulah, Sang Raja dan temannya tidak menemui ajalnya dalam peristiwa tahun berikutnya.

Demikian pula dalam hidup kita, ada peristiwa yang menyebabkan kita kehilangan materi, mata pencaharian bahkan orang yang kita kasihi. Tentu saja itu membuat kita sedih, kesal, marah, bahkan menggugat TUHAN karenanya.
Bahkan beberapa di antara kita mengalami pergumulan batin yang panjang karena penolakan kita atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Ada yang menolak begitu keras, sehingga menjauh dari TUHAN.

Sobat… Namun jika kita dapat mengikuti sikap teman raja itu, yang secara positif menerima setiap peristiwa baik maupun buruk dalam hidup kita, niscaya suatu hari nanti kita akan menyadari adanya berkat-berkat yang tersamar dalam setiap peristiwa yang kita alami.

Sobat… Seorang yang bernama Anthony de Mello pernah mengatakan,
marilah belajar untuk berkata “YA” terhadap setiap peristiwa dalam hidup kita.
“YA” berarti menerima tanpa syarat segala sesuatu yang direncanakan TUHAN dalam hidup ini. Pada saatnya nanti, kita akan dapat “melihat” berkat-berkat yang tersamar dalam berbagai peristiwa di kehidupan kita; karena TUHAN bekerja dengan cara-NYA yang misterius, yang tidak terselami oleh keterbatasan akal kita.

Tuhan memberkati…
Daniel Saputra