Senin, 31 Januari 2011

HARGA SEBUAH BAJU


HARGA SEBUAH BAJU

Sobat…
Apakah yang menjadi pertimbangan kita didalam kita menghargai orang lain…???
… Apakah dari penampilannya…??? Apakah dari sesuatu yang dapat kita lihat dari kasat mata…???

Sobat…
Seringkali kita tertipu dari penampilan luar seseorang…
Sehingga kitapun menyesal di kemudian hari…

Sebuah kisah untuk kita renungkan…

Sobat… Ada seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang turun dari kereta api di kota Boston, Amerika Serikat…
Mereka berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta ijin untuk bertemu dengan pimpinan…
Sobat… Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung dan udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria itu dengan lembut…
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat…
“Kami akan menunggu,” jawab sang Wanita…

Sobat… Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi…
Tetapi nyatanya tidak, mereka tetap saja menunggu...
Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada pemimpinnya.

“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard…
Sobat… Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.
Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul…

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut…
Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini… Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. Bolehkah…?” tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sobat… Sang Pemimpin Harvard tersebut tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya,” katanya dengan kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”

“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang Pemimpin Harvard memutar matanya…
Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung…?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung…?! Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”

Sobat… Untuk beberapa saat sang wanita terdiam… Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang…
Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, ”…Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja…??”
Sobat… Suaminya mengangguk… Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, dan di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.

Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di Amerika Serikat…

Sobat…
Marilah kita belajar, agar kita dapat menghargai orang – orang yang ada di sekeliling kita…

Daniel C. Saputra

Sabtu, 29 Januari 2011

WARNA KEHIDUPAN


WARNA KEHIDUPAN

Sobat, dinamika kehidupan manusia sungguh luar biasa…
Kita tidak saja hanya berjalan lurus, tetapi terkadang kita melewati jalan yang berliku – liku…
Kita tidak saja hanya melewati jalan yang mulus, tetapi terkadang kitapun melewati jalan yang terjal…

Bagaimana kita memandang kehidupan ini…???
Sobat… HIDUP TIDAKLAN MENJEMUKAN… akan terdapat banyak “warna” yang kita jumpai dalam perjalanannya…
Tetapi yang seringkali kita jumpai, atau bahkan yang kita sendiri fikirkan adalah bahwa kita menginginkan HIDUP YANG LURUS dengan hanya ada 1 (satu) WARNA di dalamnya…
WARNA tersebut adalah KESUKSESAN, KELANCARAN dan serba YANG MENGENAKKAN HIDUP KITA…!!!

Sobat, tetapi kita tidak hanya dapat memilih satu warna saja dalam hidup kita, dan warna – warna tersebut telah diatur oleh Tuhan menjadi satu karya yang indah… dan apabila ada satu saja warna yang dihapus, maka karya tersebut tidaklah karya yang indah dan sempurna…

Sobat, Manusia tidak pernah puas dan selalu ingin mengatur, menurut keinginannya sendiri… TERMASUK MENGATUR TUHAN, Sang Pemilik Kehidupan…

Sobat, bagaimana mungkin kita akan mengetahui kehidupan kita kelak… yang tahu HANYALAH DIA…!!!

Banyak hal telah dan akan terjadi dalam kehidupan kita, dimana di dalamnya terdapat suka, tetapi juga terdapat duka… terdapat keberhasilah, tetapi juga terdapat kegagalan…
Sobat, Bagaimana kita memandang hidup kita yang penuh dengan warna tersebut…???
Padahal, sebagai manusia kita tidak pernah luput dari rasa kuatir… rasa cemas… dan rasa – rasa yang tidak mengenakkan…

Sobat, Bagaimana kita memandang hidup kita…???

Dean Black menceritakan dua kisah nyata mengenai hal ini dalam buku Frogship Perspective.

Kisah yang pertama :
Ada seorang pemain bola basket berbakat…, ketika dia berusia 16 tahun, dia kehilangan kedua kakinya dalam sebuah kecelakaan. Ini hal yang buruk bagi Curt Brinkman, pebasket muda tersebut yang akhirnya menjadi atlet kursi roda terkenal.
Ia berkata, “Segera sesudah kecelakaan itu saya bangkit. Saya justru tidak tahu seperti apa kalau kaki saya masih ada.”

Kisah yang kedua :
Seorang pria setengah baya melihat kembali dari kebutaan matanya semenjak lahir. Lalu seorang psikolog yang menanganinya berkomentar tentang mantan pria buta ini, “Waktu buta, dia hebat sekali. Tapi waktu dia sembuh, prestasinya merosot drastis, bahkan seperti orang bodoh.”

Bagi kita kehilangan kedua kaki adalah masalah besar, tapi bagi Curt Brinkman justru adalah kunci kesuksesan.
Bagi kita mendapat kembali penglihatan adalah hadiah, tapi bagi pria separuh baya tersebut adalah masalah besar.
Mengapa bisa demikian? Ini bukan soal masalahnya, tapi soal bagaimana kita melihat sebuah masalah.

Sobat… DIA menciptakan manusia dengan SANGAT BAIK… dan DIApun akan memberikan yang terbaik dalam hidup kita…

Baik atau buruk itu tergantung dari cara kita memandang. Masalah bisa menjadi buruk tapi bisa juga menjadi baik, itu juga tergantung dari cara kita memandang.
Lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, secara mengejutkan kita akan melihat hal-hal yang positif.

Sobat… Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah…? Bagaimana cara kita memandang masalah tersebut…?
Tuhan mengajar agar kita untuk melihat segala masalah dari sudut pandang yang positif.
Ini seperti orang yang memakai kacamata. Memakai kacamata hitam akan membuat obyek yang paling terangpun akan terlihat gelap. Jadi jika hari ini hidup Anda terlihat begitu suram dan gelap untuk dijalani, jangan-jangan yang salah adalah kacamata Anda.
Mari Sobat, kita mensyukuri semua yang telah terjadi di dalam kehidupan kita…
Rasa Syukur adalah kunci, agar di dalam kehidupan kita dipenuhi oleh damai sejahtera…
Sobat, ditengah segala kesesakan yang terjadi di dalam kehidupan kita, DIA tidak pernah membiarkan kita berjalan seorang diri… DIA memberikan kekuatan, dan DIA menyertai kita semua…
DIA memakai semua kejadian dalam hidup kita, untuk membentuk kita menjadi sebuah karya yang indah…

Sudahkan anda bersyukur…???

Daniel C. Saputra



Kamis, 27 Januari 2011

MENINGGALKAN LUKA


MENINGGALKAN LUKA

Sobat…
Seberapa seringkah kita menyakiti orang lain…???
Seberapa seringkah kita melukai orang – orang yang mungkin dekat dengan kita… orang – orang yang kita kasihi dan yang mengasihi kita…???
Melalui tindakan… Melalui ucapan, baik secara sengaja atau tidak sengaja kita sering menyakiti mereka…

Sobat…
Seberapa seringkah kita meminta maaf kepada mereka…
Seberapa seringkah kita membaharui… memperbaiki… hubungan yang “rusak” itu…??? Sehingga hubungan itu dapat dipulihkan kembali…???

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Sobat… Dikisahkan pernah ada seorang anak lelaki yang berwatak buruk...
Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku sebuah paku di pagar pekarangannya setiap kali anak itu kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain…

Sobat… Hari pertama anak itu memaku 37 batang di pagar...
Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari...
Sobat… Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebuah pakupun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya…
Sobat… Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebuah paku dari pagar setiap kali bila dia berhasil menahan diri atau bersabar...

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar…
Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: "Anakku, kamu sudah baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula."

Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar…
Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf atau menyesal, lukanya tinggal…
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.

Sobat…
Marilah, dalam setiap apa yang kita kerjakan… Dalam setiap apa yang kita ucapkan…
Kita dapat semakin bijak, sehingga tidak meninggalkan luka untuk orang – orang yang kita kasihi…

Daniel C. Saputra

Rabu, 26 Januari 2011

BAYI MUNGIL YANG HIDUP HANYA 6 JAM


BAYI MUNGIL YANG HIDUP HANYA 6 JAM

Sobat…
HIDUP adalah ANUGRAH, dimana kita dapat menikmat segala sesuatu yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita, dan dimana kita dapat berbagi dengan orang – orang yang ada di sekitar kita…

Banyak kejadian dalam hidup kita, yang “memaksa” kita untuk mementingkan diri kita sendiri dan tidak menghiraukan orang – orang yang ada di sekitar kita…

Satu pertanyaan untuk kita renungkan…
Sudah berartikah hidup kita ditengah dunia ini…??? Atau saya persempit pertanyaan tersebut…
Sudah berartikah hidup kita bagi orang – orang yang kita kasihi…???

Sebuah perenungan untuk kita…

Kisah berikut dikutip dari buku “Gifts From The Heart for Women” karangan Karen Kingsbury.
Seorang Bayi Mungil Hanya Mampu Hidup Selama 6 Jam, Tetapi …

Sepasang suami istri hidup bahagia…
Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI, karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi…
Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman – teman, para sahabat, dan lingkungan sekitarnya.
Semua orang ikut bersukacita dengan mereka…

Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi.
Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki - laki dan perempuan…
Tetapi bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki – laki tersebut…
Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki - laki nya.

Sobat… fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik…
Baik sang suami maupun sang istri mengalami depressi.
Tetapi pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tersebut), tetapi juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki – lakinya.
“…Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak”, kata sang ibu di sela tangisannya.

Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut, dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan...
Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini… Hal ini membuatnya lebih tabah…

Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini…
Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka…
Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama. Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya… Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain…?

Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne…
Mereka terus bersujud kepada Tuhan. Pada mulanya, mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencanaNya sendiri.

Sobat… Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam...
Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi…
Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne.
Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yang akan terjadi…

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat…
Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya…
Tidak ada kata – kata di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne), mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, tetapi mereka juga sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja…
Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka..

Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Anne.
Sobat… Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah enam jam…

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ.
Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tersebut bahwa donor tersebut berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian.

Sobat… Pasangan tersebut sekarang sadar akan kehendak Tuhan. Walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam, tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut, Anne adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup dalam hati mereka selamanya…

Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini :

1.            SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar – benar penting adalah… Apa yang kita telah kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.
2.            SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita telah berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang benar – benar penting adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang bermanfaat bagi orang lain.
3.            Ibu Anne mengatakan “Hal terpenting bagi orang tua bukanlah mengenai bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka tinggal, maupun berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan. Tetapi hal terpenting bagi kita sebagai orang tua adalah untuk memastikan bahwa anak - anak kita melakukan hal - hal terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka, mereka akan menuju surga”.

Berhentilah untuk selalu memikirkan kepentingan diri sendiri…
Jadikanlah kehadiran anda di dunia ini sebagai RAHMAT bagi orang banyak dan bagi orang – orang yang anda kasihi…

Tuhan memberkati anda, untuk membagikan kasih…

CUKUP


CUKUP

Filipi 4 : 11 – 13  
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Sobat…
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata CUKUP
Kapankah kita bisa berkata cukup…?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya…
Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target…
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian…
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian...
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati...
Semua merasa kurang dan kurang…!!!
Kapankah kita bisa berkata cukup…?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati.

Sebuah kisah untuk perenungan…

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib…
Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya…
Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya… seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata CUKUP.

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya…
Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu…
Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana…
Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya…

Ia merasa masih kurang…!!!
Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya….
Ia masih merasa belum cukup…!!!
Kemudian dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup…

Sobat…
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri…
Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. Cukup jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.

Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.

Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia…
Marilah kita mensyukuri untuk segala yang telah Tuhan anugrahkan dalam diri kita
Belajarlah untuk berkata CUKUP…!!!



Senin, 24 Januari 2011

KISAH CINTA SEORANG ANAK


KISAH CINTA SEORANG ANAK

Sebuah perenungan untuk kita…

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki…
Wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh… Sam, suamiku, memberinya nama Eric…
Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang… Kemudian saya berniat memberikannya kepada orang lain saja…
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga…

Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica…
Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam.
Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah… Namun tidak demikian halnya dengan Eric… Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut.
Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga… Sam selalu menuruti perkataan saya.

Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia…
Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk… Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup… Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.

Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu…
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Dan usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima…
Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang…
Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan…
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya… Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu... tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya.
“Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…” itulah yang saya inginkan…

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping.
“Mary, apa yang sebenarnya terjadi?” Brad bertanya dengan heran…
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan terisak-isak…

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian…
Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang…
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya… Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya.

“Eric.. Eric…” Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya…
Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama…
Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya.

Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor… Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau…
“Heii…! Siapa kamu…!?! Mau apa kau kemari…!?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab…,
“Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya…? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu…
“Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang…? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang…! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

Sobat, penyesalan akan datang setelah kita melakukan segala sesuatu…
Jangan pernah sia – siakan setiap apa yang telah Tuhan anugrahkan kepada kita…
Dan belajarlah untuk berfikir, sebelum kita melakukan sesuatu…
Jangan pernah sakiti orang yang mengasihi kita, dengan tindakan – tindakan bodoh yang kita lakukan…
Selamat berjuang… Tuhan memberkati…!!!

Daniel C. Saputra

Sabtu, 22 Januari 2011

TIGA KARUNG BERAS


TIGA KARUNG BERAS

Sebuah kisah untuk perenungan kita…

Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki…
Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak…
Sobat… Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.
Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah…
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kilo beras unuk dibawa kekantin sekolah.

Sang anak mengerti bahwa ibunya tidaklah mungkin bisa memberikan tiga puluh kilo beras tersebut… Dan kemudian ia berkata kepada ibunya…
“Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”.
Sobat… Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata…
“Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali, tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.

Sobat… Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut.
Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah…
Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh…
Tak berapa lama, dengan terpincang – pincang dan nafas tergesa – gesa, Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya…
pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata…
“Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”.
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Sobat… Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin…
Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata…
“Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata…
“Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”

Sobat… Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah…
Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata…
“Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !!!”.

Sobat… Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata…
“Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”.
Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam, Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Sobat… Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah.
Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya…
Setiap hari pagi – pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan – pelan kembali kekampung sendiri… Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Sobat… Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata…
“Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu…”
Sang ibu buru- buru menolak dan berkata “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah…
Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun…
Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama…
Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras. Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata… “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.” Dan mempersilakan sang ibu yang sangat luar biasa tersebut untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata “Oh Mamaku, terima kasih…”

Pepatah mengatakan: “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan”. Inilah kasih seorang mama yang terus dan terus memberi kepada anaknya tak mengharapkan kembali dari sang anak.
Hati mulia seorang mama demi menghidupi sang anak berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya.
Sobat… Mulai sekarang, katakanlah kepada mama dimanapun mama kita berada dengan satu kalimat “Terimakasih Mama.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. .. selamanya”

Bersyukurlah, apabila kita memiliki orang tua yang sangat mengasihi kita… Jangan sakiti hatinya, Karena orang tua ingin anak – anaknya menjadi bahagia… Menjadi sukses… Walaupun banyak hal, banyak masalah yang menghadang langkah – langkahnya…



Jumat, 21 Januari 2011

SEGELAS SUSU


SEGELAS SUSU

Matius 22 : 39
Dan Hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Sobat… KASIH, adalah sebuah kata yang seringkali kita dengar…
KASIH… merupakan sesuatu yang luar biasa, tatkala kita dapat melakukannya… tatkala kita dapat mempraktekkannya dalam kehidupan kita…

Tidaklah mudah bagi kita untuk menjadi pelaku KASIH dalam hidup ini…
Yang seringkali terjadi adalah… KASIH sebagai PENGHIAS… sebagai PEMANIS bibir kita…

Sobat… Mengasihi itu sulit, tidaklah semudah untuk mengucapkannya…
Terlebih akan bertambah sulit apabila acuan kita adalah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri

Bukanlah hal yang mudah…
Mungkin kita berkata… “mengasihi diri sendiri saja susah… bagaimana mengasihi orang lain…???”

Tetapi Sobat… Tentunya kita mau belajar, kita mau dibentuk dengan kejadian – kejadian di dalam hidup kita, dimana KASIH adalah sesuatu yang INDAHKASIH adalah ANUGRAH

Sebuah kisah untuk kita renungkan…

Suatu hari ada seorang bocah miskin sedang berjualan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya…
Ia merasa lapar dan haus, tapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit sekali uang…

Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat…
Tetapi, saat seorang gadis muda membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya.
Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menawarkan dahaga.
Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, maka dibawakannyalah segelas besar susu untuk anak tersebut.

Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya…, "Berapa saya berhutang kepada Anda…?"
Gadis muda itu mengatakan, "Kamu tidak berhutang apapun kepada saya, Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan…."
Anak itu menjawab, "Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam."

Sobat, Saat anak kecil yang miskin itu meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badannya lebih segar, tetapi keyakinannya pada Tuhan dan sesama manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah…

Sobat… Tahun demi tahun berlalu.
Suatu hari wanita muda tersebut mengalami sakit parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya mengirim wanita itu ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan spesialis…
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi.

Ketika ia mendengar nama kota tempat asal si pasien, Dr. Howard Kelly segera pergi ke kamar tempat dimana wanita tersebut dirawat…
Ia langsung mengenali dan memutuskan untuk melakukan hal terbaik yang bisa ia usahakan untuk menolongnya.

Sejak hari itu, ia memberikan perhatian khusus pada kasus ini...
Setelah melewati perjuangan panjang, peperanganpun dapat dimenangkan, wanita tersebut dapat dipulihkan kembali… dan Dr. Kelly dipanggil oleh pihak administrasi untuk menandatangani biaya yang harus dibayarkan oleh si wanita kepadanya…
Ia melihat kepada kuitansi tersebut, dan kemudian menuliskan sesuatu pada Kuintansi tersebut lalu di kirim oleh perawat ke kamar perawatan si wanita.

Sobat… Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu membayarnya…
Akhirnya dengan menguatkan hati, ia melihat ke kuintansi tersebut. Sebuah tulisan pada kuitansi telah menarik perhatiannya.

Ia membaca tulisan itu : "TELAH DI BAYAR PENUH DENGAN SATU GELAS SUSU." Tertanda, Dr. Howard Kelly.

Sobat… Air mata mengalir dari matanya saat hatinya yang bahagia mengucapkan doa dan pujian :
"Terima kasih Tuhan, kasihMu telah memancar melalui hati dan tangan manusia."
Sobat… Ternyata Dr. Howard Kelly adalah orang yang ditolong oleh wanita tersebut beberapa tahun yang lalu…

Sobat… Dapat kita bayangkan… sebuah tindakan yang mungkin kita anggap sepele pada awalnya, tetapi tindakan tersebut sangat membekas dalam ingatan Dr. Howard Kelly…
Wanita tersebut, mungkin dahulu menolong bocah miskin itu merupakan tindakan biasa, tindakan yang diajarkan oleh ibunya… dan saya yakin, saat itu wanita tersebut menolong bocah miskin itu dengan tidak mengharapkan balasan…

Bagaimana mungkin segelas susu dibalas dengan biaya rumah sakit yang sangat besar…???
Tetapi itulah KASIH
Marilah kita belajar untuk mengasihi sesama kita…
Meskipun berat, tetapi Tuhan yang akan memampukan dan menolong kita… asal kita mau dibentuk oleh Dia…!!!

Selamat mewujud nyatakan kasih…
Tuhan memberkati…

Daniel C. Saputra


Kamis, 20 Januari 2011

MEJA KAYU


MEJA KAYU

Sebuah perenungan untuk kita…

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun…
Tangan orangtua itu begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu… Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih…

Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya…
Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan… Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah.
Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpali membasahi taplak…
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini…
“Kita harus lakukan sesuatu,” ujar sang suami… “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.”
Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan…

Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan…
Karena sering memecahkan piring… keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek…

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dan sudut ruangan… Ada air mata yang tampak mengalir dan gurat keriput si kakek…
Namun, kata yang keluar dan suami-istri mi selalu omelan agar Ia tak inenjatuhkan makanan lagi…

Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi sernua dalam diam…
Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah rnemperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu.
Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”.

Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.”

Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air matapun mulai bergulir dan kedua pipi mereka…
Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.
malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Sahabat, Anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap “bangunan jiwa” yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anakanak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat balk pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Rabu, 19 Januari 2011

MILIKKU YANG PALING BERHARGA ADALAH KAMU


MILIKKU YANG PALING BERHARGA ADALAH KAMU

Sebuah kisah, untuk perenungan kita…

Aku sangat menyukai ucapan mama : “Barang milikku yg paling berharga adalah kamu!”…
Ucapan yang sangat menyejukkan hati, dan sampai sekarang aku masih mengingatnya terus…!!!

Papa dan mama menikah karena dijodohkan orang tua, demikianlah yg dialami oleh para muda-mudi dizaman itu…
Ya… hal ini sudah umum… tetapi dizaman sekarang peristiwa itu sudah jarang terjadi, kebanyakan adalah hasil pilihan sendiri.

Mama sangat mencintai papa, demikian juga dengan papa dan tampak selalu mesra, akur bagaikan pasangan cinta sejoli…
Sangat sulit dibayangkan bahwa pernikahan mereka pernah diterjang badai…!!!
Badai itu nyaris memisahkan mereka… hanya karena oleh emosi sesaat saja…!!!

Papa dan mama bekerja diinstansi yg sama, oleh karena itu setiap hari berangkat dan pulang bersama…
Suatu hari mereka kerja lembur, mengadakan stock opname digudang, hingga pukul 2.00 dinihari dan baru pulang kerumah…
Papa sangat letih dan lapar, sampai dirumah tidak ada makanan maupun minuman yang siap disaji…
Papa yang lapar minta mama untuk menyiapkan makanan dan minuman…

Beberapa hari belakangan ini emosi mama memang tidak stabil, ditambah lagi dengan adanya lembur… badan dan pikiran sungguh melelahkan, sehingga dg kondisi yg labil itu, mama spontan menjawab dg nada keras, ” mau makan dan minum, memangnya tidak bisa masak sendiri? Apa tidak punya tangan dan kaki lagi…?”

Karena papa juga terlalu capek, dan langsung menjawab dengan acuh tak acuh…
”Kamu ini isteriku, memasak adalah sudah menjadi kewajibanmu…!!!”
dan Mama langsung merespon, “…Tengah malam begini mau masak apa? Sudah lewat waktunya makan, orang laki seharusnya lebih kuat dari pada perempuan…!!”

Sobat, Mendengar itu, marahlah papa, beliau langsung berteriak dengan emosi…,
“Kamu salah makan obat apa kemarin…??? Mau sengaja cari ribut ya…??? Istri memasak untuk suami adalah wajar, kenapa harus tergantung pada waktu? Kamu tidak senang ya…? Kalau tidak senang, kamu pergi saja sekarang dari rumah ini…!!!”

Mama tidak menyangka akan menerima reaksi yg begitu keras.
Setelah terdiam sesaat, mama kemudian berkata sambil menitikkan air mata…,
“Kamu ingin aku pergi……..aku akan pergi sekarang…!!” Mama segera kembali kekamar untuk mengemasi barang - barangnya.

Melihat mama masuk kamar dan berkemas-kemas, papa berkata kepada mama yang
membelakanginya…
“Bagus…!!! Pergi sana…!!! Ambil semua barang - barangmu dan jangan kembali lagi…!!!”
Beberapa saat kemudian suasana menjadi sunyi senyap, tak ada kata - kata kebencian lagi yang muncul…

Menit demi menit berlalu, tapi mama tetap tak kunjung keluar dari kamar…
Merasakan keanehan itu, papa kemudian menyusul masuk kamar dan melihat mama sedang duduk diranjang penuh dengan linangan air mata. Sambil menatap koper kulit besar yg masih tergeletak diatas ranjang…

Melihat papa datang, dengan terisak - isak mama berkata…,
“Duduklah diatas koper kulit itu, supaya aku boleh mengenang masa - masa perpisahan kita yg terakhir...”
Merasa aneh, maka dengan sendu papa akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya…,
”untuk apa…?”

Sambil menangis dengan terputus – putus, mama berkata…,
“emas dan perak aku tidak memilikinya, tapi milikku yang paling berharga adalah kamu…!!! Ya, Kamu dan anak2ku, aku tidak memiliki apapun….”

Meskipun kejadian itu telah lewat lama sekali, tapi aku masih mengingatnya terus sampai sekarang. Apalagi ketika mama mengucapkan kata - kata terakhir itu, papa merasa sangat tergoncang…

Sejak malam itu, papa telah diubah dan telah menjadi sangat hormat dan sayang kepada mama….
Menggandeng tangan anak - anak, merangkul mama serta senantiasa saling berpelukan….

Kelak aku juga bercita – cita ingin mendapatkan pasangan yang seperti papa.

Kehidupan apapun yang kita jalani ini, itu tidaklah penting; tapi yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi hidup ini, terutama disaat – saat badai itu muncul.

Sobat, banyak kejadian yang ada di sekeliling kita yang membuat kita bertanya…
Mengapa hal – hal yang “kecil”, dapat menjadi sesuatu yang “besar”…???
Apabila terjadi pertengkaran… atau sesuatu yang tidak berkenan di hati, bisa saja meledak sedemikian dahsyat…

Dari cerita tersebut, mungkin kita beranggapan, hal itu sering terjadi, dan mungkin merupakan masalah yang sepele… Tetapi sobat, kitapun pernah mengalaminya…
Mungkin kita bisa berkata, hadapi semua masalah dengan bijak… dengan sabar… dengan kepala dingin… Tetapi apakah dalam kondisi tertentu, tatkala banyak tekanan dalam diri kita… tatkala kirta dalam kondisi lelah… atau dalam kondisi yang tidak mengenakkan itu dapat kita terapkan…

“MILIKKU YANG BERHARGA ADALAH KAMU…!!!”
Sobat, bersyukurlah tatkala kita memiliki keluarga… anak, istri, suami, papa, dan mama…
Marilah kita menghargai… Marilah kita menjaga diri kita… agar kita tidak menyakiti orang – orang yang sangat mengasihi dan yang kita kasihi…
Kasih… Membawa damai sejahtera dalm kehidupan kita…

Daniel C. Saputra