INSPIRASI
KUMBAYA
Disampaikan pada
: SENIN, 21 MEI 2012
DANIEL C. SAPUTRA
TERUS BERLARI
Sobat… Tidak ada yang mudah di dalam hidup ini…
Untuk segala sesuatu dibutuhkan pengorbanan… Perjuangan,
dan sikap mental yang positif…
Harus kita akui, bahwa di dalam hidup selalu ada masalah
yang siap merintangi setiap jalan kita… Selalu ada tantangan yang harus kita
hadapi…
Manusia hidup bukanlah diciptakan sebagai pecundang…
Tetapi kita hidup untuk menjadi pemenang di dalam kehidupan ini…!!!
Tetapi seringkali didalam perjalanan kehidupan, tatkala
rintangan mencoba untuk menghadang langkah kita, seakan kita tak memiliki daya
untuk menghadapi dan menyerah merupakan kata yang sering kita lakukan…
Sobat, hidup adalah pilihan, termasuk di dalam
“pertandingan” kehidupan ini. Apa yang akan dan yang pernah kita pilih tatkala
kita menghadapi tantangan…???
Sebuah
kisah untuk kita renungkan…
Sobat… Hari sudah gelap dimana sebagian lampu-lampu di stadion telah dipadamkan…
Pertandingan lari marathon memang
sudah lama berakhir. Tiga peraih medali, emas, perak dan perunggu sudah
berganti baju… Pesta di antara mereka sudah berlangsung…
Di lapangan, meski masih tersisa beberapa pertandingan
atletik, namun penonton sudah tidak sebanyak siang sebelumnya.
Sobat… Setelah lewat satu jam setelah lomba
usai, tiba-tiba penonton dikejutkan pengumuman oleh panitia dari pengeras suara
bahwa pertandingan ternyata belum usai, Masih ada satu pelari lagi yang akan
memasuki stadion…
Sobat… Gemuruh tepuk tangan pun membahana di stadion saat
seorang pelari mulai memasuki stadion. Para
penonton berdiri dan memberikan standing ovation pada
pelari bernomor 36 itu.
Langkah sang pelari tak mulus lagi. Bahkan langkahnya
sempat terhenti saat memasuki pintu stadion…
Sobat… Sejenak dia tampak meringis menahan sakit, tapi
tekadnya sungguh mengalahkan segalanya. Dengan kaki terbebat perban, dengan
langkah yang tak sempurna, dia menuju garis finish pada lintasan lari tersebut.
Beberapa menit kemudian, dia pun menyempurnakan tugasnya. Dia menjadi pelari terakhir
yang sanggup menyelesaikan jarak 42 kilometer.
Pelari asal Tanzania itu menjadi pelari ke 57.
Sebelas lainnya memilih menyerah dan ogah menuntaskan pertandingan. Walau
menjadi pelari paling buncit, toh sejarah mencatatnya
sebagai pelari berhati baja, kukuh bagai karang dalam mengemban sebuah tugas.
Tak aneh bila gelar “a King without crown” atau “Raja Tanpa Mahkota” disematkan
padanya…
Sobat… Itulah sekelumit peristiwa yang terjadi di Mexico City,
42 tahun silam. Saat itu, Meksiko menjadi tuan rumah Olimpiade
yang ke 19.
Adalah John Stephen Akhwari, pria kelahiran pada 1938 di Mbulu, Tanganyika,
Tanzania,
membuat catatan penting yang akan dikenang sepanjang masa.
Sobat… Saat bendera dikibarkan, saat lomba baru dimulai
beberapa saat, Akhwari telah terhadang cedera. Pria berkulit legam itu
terjatuh, yang menyebabkan ia terluka parah. Akhwari mengalami lepas engsel
pada sendi lututnya…
Sakit…? Jangan ditanya. Rasa nyeri bersarang dilututnya.
Akibat lukanya, Akhwari mengalami demam hebat. Pihak panitia pun menyarankan
agar ia mengundurkan diri dari lomba. Tapi Akhwari malah memutuskan untuk terus
berlari dan melanjutkan perlombaan. Sambil mengatasi rasa nyerinya, Akhwari
terus berlari hingga mencapai finish.
Sobat… Setelah usai, Akhwari ditanya oleh wartawan mengapa
ia terus berlari. Akhwari menjawab sederhana, “Negaraku tidak mengirim aku
sejauh 5000 mil ke Mexico City
untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim aku untuk menyelesaikannya.”
Akhwari tak ingin mengecewakan negara dan seluruh rakyat Tanzania. Karena Akhwari berangkat
mengikuti Olimpiade tersebut menggunakan uang yang berasal dari rakyat Tanzania…
Negaranya tidak mengirimkannya untuk hanya memulai lomba,
tapi juga untuk mengakhirinya. Ribuan dollar uang rakyat harus disisihkan untuk
memberangkatkan seorang atlet ke Olimpiade.
Sobat… Tak pelak, Akhwari memberikan inspirasi bagi banyak
orang. Bukan karena ia meraih emas. Tapi karena dedikasinya menyelesaikan lomba
walau dalam keadaan luka parah.
Dedikasi Akhwari, membuat namanya digunakan oleh ’John
Stephen Akhwari Athletic Foundation’, sebuah organisasi yang mendukung
pelatihan atlet Tanzania
untuk Olimpiade. Akhwari juga diundang untuk Olimpiade tahun 2000 di Sydney, Australia.
Dan kemudian juga muncul di Beijing
sebagai duta dalam persiapan untuk Summer Olympics 2008.
Sobat… Kisah Akhwari tak bisa dilakukan banyak orang. Bisa
jadi hanya dialah sendiri yang mampu melakukannya. Namun bagi kita, perjuangan
Akhwari tetap menjadi istimewa. Dia tidak hanya menanamkan mimpi di kepalanya
untuk menjadi terbaik, tapi juga mencapainya dengan semaksimal mungkin.
Sobat… Hambatan yang ada hanyalah riak kecil yang harus
dihadapi dan ditaklukkan. Sejatinya hambatan yang ada di depan mata bukanlah
rintangan, melainkan tantangan. Bagaimana kita bisa menaklukkannya adalah
tergantung pada niat dan keinginan yang kita miliki.
Akhwari dengan tekad yang kuat, dan keteguhannya mengemban amanat adalah sebuah
dorongan yang teramat dahsyat untuk menaklukkan semua masalah. Teruslah berlari
menggapai mimpi-mimpimu.
Tetap
Semangat… Tetap Berpengharapan… Senantiasa Bersyukur…
Daniel C.
Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar