Senin, 14 Februari 2011

CINTA DALAM SEPOTONG COKELAT


CINTA DALAM SEPOTONG COKELAT…
Sebuah catatan menyambut hari kasih sayang

Sobat…
Ketika saya menuliskan judul diatas… “Cinta Dalam Sepotong Cokelat…”
Jujur, saya tidak tahu harus menulis apa… Karena sayapun spontan memiliki ide dan menuliskan hal tersebut…
Tulisan ini juga seperti apa yang akan saya bawakan dalam sebuah program acara menyambut hari valentine yang memiliki judul yang sama pula… “Cinta Dalam Sepotong Cokelat…”

Sobat… Ketika kita sedang berjalan – jalan di pusat perbelanjaan atau paling tidak di mini market… tentunya kita akan dengan mudah melihat dan mendapatkan banyak sekali cokelat yang dihias…

Saya yakin… Meminjam teori ekonomi, bahwa saat ini permintaan cokelat akan lebih banyak dibanding dengan penawaran yang ada… Tidak usah ditawarkan, pasti pembeli akan mencari cokelat dari beberapa merk, mulai yang berharga menengah sampai tinggi…

Mengapa demikian…???
Mengapa Valentine identik dengan cokelat…???

Sebelum lebih jauh kita berbicara tentang cokelat dalam kaitannya dengan hari kasih sayang, saya akan terlebih dahulu memberikan beberapa catatan tentang cokelat…

Sobat… Cokelat pada umumnya diberikan sebagai hadiah atau bingkisan di hari raya.
Dengan bentuk, corak, dan rasa yang unik, cokelat juga sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih, simpati, atau perhatian. Bahkan sebagai pernyataan cinta.
Cokelat juga telah menjadi salah satu rasa yang paling populer di dunia, selain sebagai cokelat batangan yang paling umum dikonsumsi, cokelat juga menjadi bahan minuman hangat dan dingin.

SEJARAH COKELAT
Sobat… Menurut sejarahnya Cokelat pada awalnya diminum dan tidak dimakan...

Cokelat dihasilkan dari kakao (Theobroma cacao) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di daerah Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Mungkin sampai ke Chiapas, bagian paling selatan Meksiko. Orang-orang Olmec memanfaatkan pohon dan mungkin juga membuat “cokelat” di sepanjang pantai teluk di selatan Meksiko.

Sobat… Dokumentasi paling awal tentang cokelat ditemukan pada penggunaannya di sebuah situs pengolahan cokelat di Puerto Escondido, Honduras sekitar 1100 -1400 tahun SM. Residu yang diperoleh dari tangki-tangki pengolahan ini mengindikasikan bahwa awalnya penggunaan kakao tidak diperuntukkan untuk membuat minuman saja, namun selaput putih yang terdapat pada biji kakao lebih condong digunakan sebagai sumber gula untuk minuman beralkohol.

Residu cokelat yang ditemukan pada tembikar yang digunakan oleh suku Maya kuno di Río Azul, Guatemala Utara, menunjukkan bahwa Suku Maya meminum cokelat di sekitar tahun 400 SM. Peradaban pertama yang mendiami daerah Meso-Amerika itu mengenal pohon “kakawa” yang buahnya dikonsumsi sebagai minuman xocolātl yang berarti minuman pahit.
Menurut mereka, minuman ini perlu dikonsumsi setiap hari, entah untuk alasan apa. Namun, tampaknya cokelat juga menjadi simbol kemakmuran bagi mereka.

Sobat… Biji dari pohon kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya dapat dinikmati.

Ketika peradaban Maya klasik runtuh (sekitar tahun 900) dan digantikan oleh bangsa Toltec, biji kokoa menjadi komoditas utama Meso-Amerika.
Pada masa Kerajaan Aztec berkuasa (sampai sekitar tahun 1500 SM) daerah yang meliputi Kota Meksiko saat ini dikenal sebagai daerah Meso-Amerika yang paling kaya akan biji kokoa… Bagi suku Aztec biji kokoa merupakan “makanan para dewa” (theobroma, dari bahasa Yunani).
Biasanya biji kokoa digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dan sebagai hadiah.

Cokelat juga menjadi barang mewah pada masa Kolombia-Meso Amerika, dalam kebudayaan mereka yaitu suku Maya, Toltec, dan Aztec, biji kakao (cacao bean) sering digunakan sebagai mata uang. Sebagai contoh suku Indian Aztec menggunakan sistem perhitungan dimana satu ayam turki seharga seratus biji kokoa dan satu buah alpukat seharga tiga biji kokoa.

Sobat… Di awal abad ke-17, cokelat menjadi minuman penyegar yang digemari di istana Spanyol. Sepanjang abad itu, cokelat menyebar di antara kaum elit Eropa, kemudian lewat proses yang demokratis harganya menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang dinikmati oleh kelas pedagang.
Kira-kira 100 tahun setelah kedatangannya di Eropa, begitu terkenalnya cokelat di London, sampai didirikan “rumah cokelat” untuk menyimpan persediaan cokelat, dimulai di rumah-rumah kopi. Rumah cokelat pertama dibuka pada 1657.

Di tahun 1689 seorang dokter dan kolektor bernama Hans Sloane, mengembangkan sejenis minuman susu cokelat di Jamaika dan awalnya diminum oleh suku apothekari, namun minuman ini kemudian dijual oleh Cadbury bersaudara.

Semua cokelat Eropa awalnya dikonsumsi sebagai minuman. Baru pada 1847 ditemukan cokelat padat. Orang Eropa membuang hampir semua rempah-rempah yang ditambahkan oleh orang Meso-Amerika, tetapi sering mempertahankan vanila. Juga mengganti banyak bumbu sehingga sesuai dengan selera mereka sendiri mulai dari resep khusus yang memerlukan ambergris, zat warna keunguan berlilin yang diambil dari dalam usus ikan paus, hingga bahan lebih umum seperti kayu manis atau cengkeh. Namun, yang paling sering ditambahkan adalah gula. Sebaliknya, cokelat Meso-Amerika tampaknya tidak dibuat manis.

RASA COKELAT
Sobat… Rasa cokelat masih sulit didefinisikan. Dalam bukunya Kaisar Cokelat (Emperors of Chocolate), Joel Glenn Brenner menggambarkan riset terkini tentang rasanya. Menurutnya rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri. Karenanya, sampai kini belum ada rasa cokelat tiruan.

Efek psikologis yang terjadi saat menikmati cokelat dikarenakan titik leleh lemak kokoa ini terletak sedikit di bawah suhu normal tubuh manusia.
Sebagai ilustrasi, bila anda memakan sepotong cokelat, lemak dari cokelat tersebut akan lumer di dalam mulut. Lumernya lemak kokoa menimbulkan rasa lembut yang khas dimulut, riset terakhir dari BBC mengindikasikan bahwa lelehnya cokelat didalam mulut meningkatkan aktivitas otak dan debaran jantung yang lebih kuat daripada aktivitas yang dihasilkan dari sebuah ciuman, dan juga akan terasa empat kali lebih lama bahkan setelah aktivitas ini berhenti.

Sobat… Ketika saya membuka facebook, ada sebuah pertanyaan yang dilemparkan oleh seseorang, mengapa valentine identik dengan cokelat…???
Dari sekian banyak jawaban, dan mungkin ini juga mewakili jawaban dari anda…
Jawaban itu adalah karena cokelat itu manis rasanya, dan diharapkan ketika memberikan cokelat kepada orang yang dikasihi atau dicintainya, ia dapat memberikan kehangatan kasih sayang dan manisnya cinta itu sendiri…

Sobat…
Tetapi apakah benar seperti itu…???
Tentunya merupakan sebuah niat dan harapan yang baik, tatkala kita ingin memberikan yang terbaik untuk pasangan kita…
Tetapi kita harus ingat, bahwa itu adalah sebuah simbol, ketika kita memberikan sesuatu untuk orang – orang yang kita kasihi…
Entah itu berupa cokelat… bunga… atau hadiah – hadiah yang lain…

Kembali kepada, mengapa Valentine identik dengan cokelat…
Dengan latar belakang yang ditulis dalam sejarah dan rasa cokelat :
-         Rasa cokelat masih sulit didefinisikan. Dalam bukunya Kaisar Cokelat (Emperors of Chocolate), Joel Glenn Brenner menggambarkan riset terkini tentang rasanya. Menurutnya rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri.
-         Biji dari pohon kakao ini sendiri sangat pahit dan harus difermentasi agar rasanya dapat dinikmati.

Sobat… Cokelat tidaklah hanya sekedar rasa manis saja… Tetapi kita akan menemukan bermacam – macam rasa, dan yang paling terasa adalah PAHIT…

Janganlah kita terjebak dengan pengertian bahwa coklat itu manis, seperti kita mendefinisikan bahwa cinta itu manis…
Tentunya kita akan dibuat kecewa dengan pemahaman itu…
Sobat… CINTA TIDAKLAH SELALU MANIS tetapi CINTA ITU INDAH…!!!

Sobat… kita akan merasakan manis disaat harapan kita terhadap pasangan kita itu terpenuhi… Tetapi kita akan merasakan pahit, tatkala semua yang kita bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan…
Sobat… Maukah kita menerima manis dan pahitnya cinta itu…???

Atau jangan – jangan kita tidak siap merasakan pahitnya cinta itu, kita hanya mengharapkan manisnya saja… Seperti kata ego kita…
Kita menginginkan pasangan kita, seperti apa yang kita harapkan…
Kita menginginkan pasangan kita menuruti semua kemauan kita…
Kita menginginkan pasangan kita memiliki persamaan – persamaan dengan diri kita…
Atau bahkan… Kita menginginkan pasangan kita SEMPURNA dihadapan kita… Tanpa ada kesalahan yang dia lakukan…

Padahal dalam kenyataannya…
Kita akan menemukan banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan kita…
Banyak hal yang tidak akan kita temukan sesuai keinginan kita…
Banyak hal yang menjadi perbedaan…
Dan… Tidak ada yang sempurna…!!!
Tetapi itulah yang membuat indah…!!!
Seperti rasa cokelat… dimana rasa cokelat tercipta dari campuran 1.200 macam zat, tanpa satu rasa yang jelas-jelas dominan. Sebagian dari zat itu rasanya sangat tidak enak kalau berdiri sendiri.

Sobat… Pahit… Manis… dan banyak rasa yang ada di dalamnya akan menjadi rasa yang dapat dinikmati…
Tidak hanya manis saja…
Tidak hanya pahit saja…
Tetapi satu kesatuan itulah yang membuat cokelat dapat dinikmati oleh hampir seluruh manusia di dunia… dan Demikian pula dengan cinta…!!!

Pertanyaannya…
Apakah kita sudah menerima semuanya itu… aneka rasa dari cinta itu…???
Kemudian… Sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi orangt – orang yang kita kasihi…???

Ada seseorang yang mengirimkan sebuah tulisan kepada saya, yang kiranya ini dapat menginspirasi kita… Agar ketika kita mencintai orang, kita dapat memberikan yang terbaik… Mengasihi dengan sepenuh hati, karena kasih itu mempersatukan dan saling memperlengkapi…

Aku tidak tahu, laut itu seberapa dalam…
Tapi aku harus tahu, seberapa dalam aku mengenal orang yang aku cintai…

Aku tidak tahu, langit itu seberapa tinggi…
Tetapi aku harus tahu, seberapa tinggi aku menghargai orang yang aku cintai…

Aku tidak tahu, bulan itu seberapa indah…
Tapi aku harus tahu, seberapa indah masa – masa yang telah aku lewati dengan orang yang aku cintai…

Aku tidak tahu, bintang itu seberapa banyak…
Tetapi aku harus tahu, seberapa banyak perhatian yang aku berikan untuk orang yang aku cintai…

Aku tidak tahu, angkasa itu seberapa luas…
Tapi aku harus tahu, seberapa luas aku mengerti orang yang aku cintai…

Aku tidak harus mencintai seseorang yang sempurna…
Tetapi aku harus mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna…

Bukan karena ia sempurna…
Tetapi karena ia dapat menyempurnakan hidupku…

Bukan karena ia indah…
Tetapi karena ia dapat membuat segalanya menjadi indah untuk diriku…

Cintailah orang apa adanya…
Bukan karena ada apanya…

Sobat…
Diakhir tulisan ini, saya mengajak kita semua mempergunakan momentum hari kasih sayang ini, untuk kita mengintrospeksi diri…
Valentine, bukan hanya untuk pasangan yang sedang dimabuk asmara…
Tetapi Valentine adalah untuk semua orang…
Sudahkah kita mengasihi orang – orang yang ada di sekitar kita…
Sudahkah kita mengasihi Suami, Istri, Papa, Mama, Anak – Anak kita…???

Sobat…
Alangkah indahnya apabila kita dapat mengasih mereka, orang – orang yang begitu berarti dalam hidup kita… Damai Sejahtera, Sukacita akan ada dalam hidup kita…

Sobat…
Kita ada di dunia, bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dikasihi…
Tetapi untuk belajar mengasihi orang yang tidak sempurna dengan kasih yang sempurna…!!!


Happy Valentine’s Day
With Love,
Daniel C. Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar